Minggu, 30 Maret 2008

第 一 课 HELLO ! 你 好 !

A. CONVERSATION 1 会 话 一 (HUI HUA YI)

琼 斯 : 你 好 !
Qiong si : Ni hao !
阿 利 : 你 好 !
A li : Ni hao!


B. CONVERSATION 2 会 话 二 (HUI HUA ER)

李 美 : 你 好 吗 ?
Li mei : Ni hao ma?
约 翰 : 很 好. 你 好 吗?
Yue han : Hen hao. Ni hao ma?
李 美 : 我 也 很 好.
Li mei : Wo ye hen hao.

C. VOCABULARY 生 词 (SHENG CI)

你 ni = you
您 nin = you (polite)
我 wo = I, me
好 hao = good
也 ye = also
很 hen = very
吗 ma = particle
李 美 Limei = Limei (person’s name)
阿 利 Ali = Ali (person’s name)
琼 斯 Qiong si = Qiong si (person’s name)
约 翰 Yuehan = Johan (person’s name)




EXERCISE 练 习 (LIAN XI)

1. Complete the dialogue below.
A : 你 好 !
B : …….
A : 你 好 吗 ?
B : ……

2. Give the order of strokes of these letters
a. 你
b. 好
c. 吗
...

Selengkapnya >>

Masyarakat Cina di Indonesia

Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia, dikatakan bahwa istilah Cina berasal dari nama dinasti Chin (abad ketiga sebelum Masehi) yang berkuasa di Cina selama lebih dari dua ribu tahun sampai pada tahun 1913.

Bencana banjir, kelaparan, dan peperangan memaksa orang-orang bangsa Chin ini merantau ke seluruh dunia. Kira-kira pada abad ke tujuh orang-orang ini mulai masuk ke Indonesia. Pada abad ke sebelas, ratusan ribu bangsa Chin mulai berdiam di kawasan Indonesia, terutama di pesisir timur Sumatra dan di Kalimantan Barat. Bangsa Chin yang merantau dari Cina ini di Indonesia lalu disebut dengan Cina perantauan. Orang-orang Cina perantauan ini mudah bergaul dengan penduduk lokal sehingga mereka bisa diterima dengan baik.

Para perantau yang membawa keluarga mereka kemudian membentuk perkampungan yang disebut dengan "Kampung Cina." Di kota-kota dimana terdapat banyak orang Cina bertempat tinggal, kampung ini lalu disebut dengan Pecinan. Orang-orang yang tinggal di Pecinan ini banyak yang menjadi pedagang.

Ketika bangsa barat, terutama Belanda dengan perusahaan dagangnya (VOC) memasuki Indonesia dan memonopoli perdagangan di Indonesia, para pedagang dari negeri Chin yang sudah menguasai perdagangan selama beratus-ratus tahun ini bentrok dengan mereka. Akibatnya, VOC dan kemudian pemerintah Belanda memberikan beberapa konsesi berupa hak-hak istimewa kepada bangsa perantau dari Cina ini. Salah satunya adalah mereka dianggap sebagai penduduk Timur Asing yang dianggap mempunyai kedudukan setingkat lebih tinggi daripada warga penduduk asli.

Status istimewa ini mengakibatkan warga asli atau penduduk pribumi menjadi tidak suka kepada Cina perantauan ini. Bukan hanya itu, tetapi kolaborasi mereka dengan penjajah Belanda dan praktek dagang yang bercorak koneksi dan kolusi yang merugikan masyarakat pribumi serta perilaku mereka sebagai pemadat dan penjudi membuat orang-orang Cina perantauan ini semakin tidak disukai. Akibatnya, istilah "Cina" menjadi stigma yang berkonotasi jelek yang berpengaruh terhadap semua orang Cina perantauan.

Akibat dari stigmatisasi istilah "Cina" itu, banyak orang Cina di Indonesia menggunakan nama lain yaitu Tiongkok yang berasal dari kata "Chung Kuo." Pada tahun 1901 mereka mendirikan sebuah organisasi yang bernama Tiong Hoa Hwee Kwan. Lalu pada tahun 1939 mereka mendirikan Partai Tionghoa Indonesia. Sejak itulah istilah Tionghoa digunakan sebagai padanan dari Cina.

Pada jaman Orde Lama, banyak warga keturunan Cina yang dikatakan sebagai pendukung aktivitas Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada waktu itu pula hubungan antara Indonesia dengan Cina sangat mesra, sampai-sampai tercipta hubungan politik Poros Jakarta-Peking. Setelah meletusnya Gerakan 30 September/PKI, rezim Orde Baru melarang segala sesuatu yang berbau Cina. Segala kegiatan keagamaan, kepercayaan, dan adat-istiadat Cina tidak boleh dilakukan lagi. Hal ini dituangkan ke dalam Instruksi Presiden (Inpres) No.14 tahun 1967. Di samping itu, masyarakat keturunan Cina dicurigai masih memiliki ikatan yang kuat dengan tanah leluhurnya dan rasa nasionalisme mereka terhadap Negara Indonesia diragukan. Akibatnya, keluarlah kebijakan yang sangat diskriminatif terhadap masyarakat keturunan Cina baik dalam bidang politik maupun sosial budaya. Di samping Inpres No.14 tahun 1967 tersebut, juga dikeluarkan Surat Edaran No.06/Preskab/6/67 yang memuat tentang perubahan nama. Dalam surat itu disebutkan bahwa masyarakat keturunan Cina harus mengubah nama Cinanya menjadi nama yang berbau Indonesia, misalnya Liem Sioe Liong menjadi Sudono Salim. Selain itu, penggunaan bahasa Cinapun dilarang. Hal ini dituangkan ke dalam Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 286/KP/XII/1978. Tidak hanya itu saja, gerak-gerik masyarakat Cinapun diawasi oleh sebuah badan yang bernama Badan Koordinasi Masalah Cina (BKMC) yang menjadi bagian dari Badan Koordinasi Intelijen (Bakin).
Setelah rezim Orde Baru tumbang, Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres No.14 tahun 1967. Setelah itu masyarakat keturunan Cina bisa menikmati udara bebas untuk merayakan tahun baru Imlek, melakukan atraksi barongsai, liong-liong, dan melakukan berbagai upacara dan perayaan lainnya. Tetapi, surat-surat keputusan lainnya belum dicabut sehingga masyarakat keturunan Cina masih merasakan belenggu diskriminasi. Dalam kehidupan sehari-hari mereka masih mendapatkan perlakuan khusus, misalnya kalau melamar untuk mendapatkan paspor mereka harus menyertakan surat kewarganegaraan.
oleh: numairu nizar

...

Selengkapnya >>

Action Research

Classroom Action Research
What is Action Research?
Action Research is a process in which participants examine their own educational practice systematically and carefully using the techniques of research. It is based on the following assumptions:
1.teachers and principals work best on problems they have identified for
themselves;
2.teachers and principals become more effective when encouraged to examine
and assess their own work and then consider ways of working differently;
3.teachers and principals help each other by working collaboratively;
4.working with colleagues helps teachers and principals in their professional
development.

What Action Research Is NOT...
1.It is not the usual things teachers do when they think about their teaching.
Action Research is systematic and involves collecting evidence on which to base rigorous reflection.
2.It is not just problem-solving. Action research involves problem-posing, not just problem-solving. It does not start from a view of problems as pathologies. It is motivated by a quest to improve and understand the world by changing it and learning how to improve it from the effects of the changes made.
3.It is not research on other people. Action research is research by particular people on their own work to help them improve what they do, including how they work with and for others. Action research does not treat people as objects. It treats people as autonomous, responsible agents who participate actively in making their own histories by knowing what they are doing.
4.It is not the scientific method applied to teaching. Action research is not just about hypothesis-testing or about using data to come to conclusions. It is concerned with changing situations, not just interpreting them. It takes the researcher into view. Action research is a systematically-evolving process of changing both the researcher and the situations in which he or she works.
The natural and historical sciences do not have this aim.
Henry and Kemmis
...

Selengkapnya >>

ORIENTASI PENELITIAN ILMIAH

PENDAHULUAN

Pada waktu ini kita sedang menyaksikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat dinamis. Perkembangan ilmu pengetahuan itu bertujuan untuk mengungkapkan kaedah-kaedah baru mengenai fenomena alam, sosial atau kemanusiaan serta penerapannya untuk meningkatkan ksejahteraan umat manusia.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan masukan yang sangat penting dalam pembangunan nasional.
Ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan melalui kegiatan penelitian.
Penelitian merupakan salah satu dharma perguruan tinggi, disamping dharma pendidikan dan pengabdian pada masyarakat. Dengan demikian, penelitian menjadi salah satu unsur kegiatan pokok dosen dan mahasiswa dalam melaksanakan tugas di perguruan tinggi. Penelitian merupakan wahana penting bagi perguruan tinggi untuk turut berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan nasional.
Dalam makalah ini diuraikan metode penelitian, yang merupakan pengertian, ciri, jenis dan proses penelitian.
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Ilmu pengetahuan berawal dari rasa ingin tahun mengenai suatu fenomena yang kita
temukan dalam kehidupan sehari-hari. Rasa ingin tahu tersebut merangsang kita untuk mengetahui lebih mendalam mengenai apa, mengapa atau bagaimana fenomena yang kita temukan. Dengan demikian, ilmu pengetahuan barawal dari adanya fenomena, baik fenomena itu terjadi di alam, masyarakat atau diri manusia.
Fenomena dapat pula timbul dari gagasan yang berupa praduga (konjektur), tanpa adanya kejadian yang konkrit. Fenomena itu dapat pula diciptakan melalui percobaan dalam lingkungan yang terkendali. Selanjutnya fenomena itu diamati dan dinalar untuk mencari hubungan sebab-akibat (kausalitas) antara variabel dalam fenomena tersebut. Proses pengamatan dan penalaran tersebut dilakukan secara sistematis dengan cara yang disebut metode ilmiah. Jadi, ilmu pengetahuan adalah pengetahuan tentang hubungan sebab-akibat suatu fenomena yang disusun secara sistematis dari pengamatan, penalaran atau percobaan.
Kaedah ilmu pengetahuan tersebut dapat diterapkan untuk memecahkan suatu masalah. Teknologi adalah ilmu tentang penerapan ilmu pengetahuan. Dalam konteks makalah ini, teknologi dipandang sebagai cabang ilmu pengetahuan.
Pengembangan ilmu pengetahuan dimulai dengan menetapkan postulat-postulat,
yaitu asumsi yang dianggap benar tanpa harus dibuktikan. Selanjutnya disusun logika, yaitu aturan berpikir yang berlaku dalam cabang ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Logika tersebut diterapkan dengan sistematis untuk membangun tesis (pendapat) atau teori tentang hubungan sebab-akibat sebagai hasil postulat dan logika dalam sistem berpikir tersebut diatas. Dalam membangun ilmu pengetahuan, kebenaran hubungan sebab-akibat dijabarkan dari fakta-fakta yang diamati dari fenomena yang diteliti. Dan kebenaran tersebut harus bersifat universal dan dapat diuji kembali. Cara pengembangan ilmu pengetahuan seperti diuraikan di atas disebut metode ilmiah.
Dengan demikian ilmu pengetahuan dan metode ilmiah mempunyai sifat:
􀁺 Logis
􀁺 Obyektif
􀁺 Sistematis
􀁺 Andal
􀁺 Dirancang
􀁺 Akumulatif.
Logis atau masuk akal, yaitu sesuai dengan logika atau aturan berpikir yang ditetapkan dalam cabang ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Definisi, aturan, inferensi induktif, probabilitas, kalkulus, dll. merupakan bentuk logika yang menjadi
landasan ilmu pengetahuan. Logika dalam ilmu pengetahuan adalah definitif.
Obyektif atau sesuai dengan fakta. Fakta adalah informasi yang diperoleh daripengamatan atau penalaran fenomena. Obyektif dalam ilmu pengetahuan
berkenaan dengan sikap yang tidak tergantung pada suasana hati, prasangka atau
pertimbangan nilai pribadi. Atribut obyektif mengandung arti bahwa kebenaran
ditentukan oleh pengujian secara terbuka yang dilakukan dari pengamatan dan
penalaran fenomena.
Sistematis yaitu adanya konsistensi dan keteraturan internal. Kedewasaan ilmu
pengetahuan dicerminkan oleh adanya keteraturan internal dalam teori, hukum,
prinsip dan metodenya. Konsistensi internal dapat berubah dengan adanya
penemuan-penemuan baru. Sifat dinamis ini tidak boleh menghasilkan kontradiksi
pada azas teori ilmu pengetahuan.
Andal yaitu dapat diuji kembali secara terbuka menurut persyaratan yang ditentukan
dengan hasil yang dapat diandalkan. Ilmu pengetahuan bersifat umum, terbuka dan
universal.
Dirancang. Ilmu pengetahuan tidak berkembang dengan sendirinya. Ilmu
pengetahuan dikembangkan menurut suatu rancangan yang menerapkan metode
ilmiah. Rancangan ini akan menentukan mutu keluaran ilmu pengetahuan.
Akumulatif. Ilmu pengetahuan merupakan himpunan fakta, teori, hukum, dll. yang
terkumpul sedikit demi sedikit. Apabila ada kaedah yang salah, maka kaedah itu
akan diganti dengan kaedah yang benar. Kebenaran ilmu bersifat relatif dan
temporal, tidak pernah mutlak dan final, sehingga dengan demikian ilmu
pengetahuan bersifat dinamis dan terbuka.
PENELITIAN DAN CIRINYA
Kegiatan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan dengan
penelitian. Penelitian bertujuan untuk menciptakan ilmu pengetahuan baru atau
menerapkan teknologi untuk memecahkan suatu masalah. Penelitian dilakukan
dengan metode ilmiah. Jadi, penelitian adalah kegiatan yang menggunakan metode
ilmiah untuk mengungkapkan ilmu pengetahuan atau menerapkan teknologi.
Penelitian mempunyai ciri:
􀁺 Kontribusi
􀁺 Metode ilmiah
􀁺 Analitis
Keluaran penelitian harus mengandung kontribusi atau nilai tambah, harus ada
sesuatu yang baru untuk ditambahkan pada perbendaharaan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang ada. Originalitas yang dikandung dalam kontribusi penelitian dapat
berlainan tingkatnya, dan tingkat kontribusi ini akan menentukan mutu penelitian.
Misalnya, hasil penelitian S3 biasanya mempunyai kontribusi yang sangat
mendasar, mempunyai keberlakuan universal, atau mempunyai dampak luas pada
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kontribusi penelitian S2 bersifat
kelanjutan atau penambahan teori, proses atau penerapan yang telah ada.
Sedangkan penelitian S1 biasanya merupakan hasil karya mandiri dalam
menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang diperolehnya selama belajar di
tingkat S1. Kontribusi itu dirumuskan sebagai tesis penelitian.
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan metode ilmiah. Penerapan metode ilmiah
dalam penelitian bertujuan agar keluaran penelitian dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya atau mutunya.
Tesis sebagai keluaran penelitian diuraikan atau dibuktikan secara analitis, yaitudijelaskan hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel dengan menggunakan
metode ilmiah.
Telah dikemukakan bahwa penelitian merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh
jawaban atau penjelasan mengenai suatu fenomena yang diamati. Jika fenomena itu
sudah ada, penelitian akan berkisar mengenai struktur fenomena tersebut. Peneliti
diminta menerangkan komponen-komponen yang esensial yang membentuk fenomena tersebut, dan bagaimana hubungan sebab-akibat diantara komponenkomponen
tersebut. Jika fenomena belum ada, penelitian akan bertujuan untuk menciptakan fenomena tersebut. Pertanyaan yang dijawab dalam penelitian ialah struktur yang bagaimana yang harus diciptakan untuk menghasilkan fenomena dengan fungsi dikehendaki, dan apa yang dapat digunakan untuk menciptakan struktur tersebut.
JENIS PENELITIAN
Penelitian dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, misalnya:
􀁺 Penelitian kualitatif (incl. penelitian historis dan deskriptif)
􀁺 Penelitian teoritis
􀁺 Penelitian eksperimental
􀁺 Penelitian rekayasa (incl. penelitian perangkat lunak)
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. Proses penelitian dimulai dengan menyusun
asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Asumsi
dan aturan berpikir tersebut selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam
pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan penjelasan dan argumentasi
mengenai tesis yang diajukan. Dalam penelitian kualitatif, proses pengumpulan dan
pengolahan data dapat menjadi sangat peka dan pelik, karena informasi yang
dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat
peneliti sendiri. Penelitian kualitatif banyak diterapkan dalam penelitian historis
atau deskriptif.
Penelitian historis menerapkan metode pemecahan yang ilmiah dengan pendekatan
historis. Proses penelitiannya meliputi pengumpulan dan penafsiran fenomena yang
terjadi di masa lampau untuk menemukan generalisasi yang berguna untuk memahami, meramalkan atau mengendalikan fenomena atau kelompok fenomena.
Penelitian jenis ini kadang-kadang disebut juga penelitian dokumenter karena acuan yang dipakai dalam penelitian ini pada umumnya berupa dokumen.
Penelitian historis dapat bersifat komparatif, yakni menunjukkan hubungan dari beberapa fenomena yang sejenis dengan menunjukkan persamaan dan perbedaan;
bibliografis, yakni memberikan gambaran menyeluruh tentang pendapat atau
pemikiran para ahli pada suatu bidang tertentu dengan menghimpun dokumendokumen
tentang hal tersebut : atau biografis, yakni memberikan pengertian yang luas tentang suatu subyek, sifat dan watak pribadi subyek, pengaruh yang diterima oleh subyek itu dalam masa pembentukan pribadinya serta nilai subyek itu terhadap perkembangan suatu aspek kehidupan.
Penelitian deskriptif adalah penelitian tentang fenomena yang terjadi pada masa
sekarang. Prosesnya berupa pengumpulan dan penyusunan data, serta analisis dan
penafsiran data tersebut. Penelitian deskriptif dapat bersifat komparatif dengan
membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu; analitis kualitatif
untuk menjelaskan fenomena dengan aturan berpikir ilmiah yang diterapkan secara
sistematis tanpa menggunakan model kuantitatif; atau normatif dengan mengadakan
klasifikasi, penilaian standar norma, hubungan dan kedudukan suatu unsur dengan
unsur lain.Penelitian teoritis adalah penelitian yang hanya menggunakan penalaran semata untuk memperoleh kesimpulan penelitian. Proses penelitian dapat dimulai dengan
menyusun asumsi dan logika berpikir. Dari asumsi dan logika tersebut disusun praduga (konjektur). Praduga dibuktikan atau dijelaskan menjadi tesis dengan jalan menerapkan secara sistematis asumsi dan logika. Salah satu bentuk penerapan
asumsi dan logika untuk membentuk konsep guna memecahkan soal adalah
membentuk model kuantitatif. Dalam beberapa penelitian teoritis tidak diadakan
pengumpulan data.
Penelitian ekperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan menciptakan
fenomena pada kondisi terkendali. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan
hubungan sebab-akibat dan pengaruh faktor-faktor pada kondisi tertentu. Dalam
bentuk yang paling sederhana, pendekatan eksperimental ini berusaha untuk menjelaskan, mengendalikan dan meramalkan fenomena seteliti mungkin. Dalam
penelitian eksperimental banyak digunakan model kuantitatif.
Penelitian rekayasa adalah penelitian yang menerapkan ilmu pengetahuan menjadi
suatu rancangan guna mendapatkan kinerja sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Rancangan tersebut merupakan sintesis unsur-unsur rancangan yang dipadukan dengan metode ilmiah menjadi suatu model yang memenuhi spesifikasi tertentu. Penelitian diarahkan untuk membuktikan bahwa rancangan tersebut memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Penelitian berawal dari menentukan spesifikasi rancangan yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan, memilih alternatif yang terbaik, dan membuktikan bahwa rancangan yang dipilih dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan secara efisiensi, efektif dan dengan biaya yang murah. Penelitian perangkat lunak komputer dapat digolongkan dalam penelitian rekayasa.
PROSES PENELITIAN
Penelitian merupakan suatu siklus. Setiap tahapan akan diikuti oleh tahapan lain
secara terus menerus. Tahapan-tahapan penelitian itu adalah:
􀁺 Identifikasi masalah
􀁺 Perumusan masalah
􀁺 Penelusuran pustaka
􀁺 Rancangan penelitian
􀁺 Pengumpulan data
􀁺 Pengolahan data
􀁺 Penyimpulan hasil
Tahapan ini hendaknya tidak dilihat sebagai lingkaran tertutup, tetapi sebagai suatu
spiral yang semakin lama makin tinggi. Penyimpulan hasil suatu penelitian akan
merupakan masukan bagi proses penelitian lanjutan, dan seterusnya.
Identifikasi masalah. Penelitian dimulai dari pertanyaan yang belum dapat dijawab
oleh seorang peneliti. Untuk ini diperlukan adanya motivasi yang berupa rasa ingin
tahu untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Untuk melihat dengan jelas tujuan dan sasaran penelitian, perlu diadakan
identifikasi masalah dan lingkungan masalah itu. Masalah penelitian selanjutnya
dipilih dengan kriteria, antara lain apakah penelitian itu dapat memecahkan
permasalahan, apakah penelitian itu dapat diteliti dari taraf kemajuan pengetahuan,
waktu, biaya maupun kemampuan peneliti sendiri, dan lain-lain. Permasalahan yang
besar biasanya dibagi menjadi beberapa sub-masalah. Substansi permsalahan
diidentifisikasikan dengan jelas dan konkrit. Pengertian-pengertian yang terkandung
didalamnya dirumuskan secara operasional. Sifat konkrit dan jelas ini,
memungkinkan pertanyaan-pertanyaan yang diteliti dapat dijawab secara eksplisit,
yaitu apa, siapa, mengapa, bagaimana, bilamana, dan apa tujuan penelitian.
Dengan identifikasi yang jelas peneliti akan mengetahui variabel yang akan diukur
dan apakah ada alat-alat untuk mengukur variabel tersebut.
Perumusan masalah. Setelah menetapkan berbagai aspek masalah yang dihadapi,
peneliti mulai menyusun informasi mengenai masalah yang mau dijawab atau memadukan pengetahuannya menjadi suatu perumusan. Untuk itu, diperlukan perumusan tujuan penelitian yang jelas, yang mencakup pernyataan tentang mengapa penelitian dilakukan, sasaran penelitian, maupun pikiran penggunaan dan dampak hasil penelitian. Permasalahan yang masih samar-samar dan diragukan mulai dipertegas dalam bentuk perumusan yang fungsional. Verbalisasi gagasan-gagasan dapat dirumuskan agar orang lain dapat memahaminya.
Pandangan-pandangan teori diuraikan secara jelas, sehingga mudah diteliti dan
dapat dijadikan titik tolak penelitian. Perumusan masalah dapat dilakukan dengan
pembuatan model.
Hipotesis merupakan salah satu bentuk konkrit dari perumusan masalah. Dengan
adanya hipotesis, pelaksanaan penelitian diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Pada umumnya hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguraikan hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan tak bebas gejala yang diteliti. Hipotesis mempunyai peranan memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, dan memandu ke arah penyelesaiannya secara lebih efisien. Hipotesis yang baik akan menghindarkan penelitian tanpa tujuan, dan pengumpulan data yang tidak relevan. Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis.
Penelusuran pustaka. Penelitian dimulai dengan penelusuran pustaka yang berhubungan dengan subyek penelitian tersebut. Penelusuran pustaka merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan informasi yang relevan untuk penelitian.
Penelusuran pustaka dapat menghindarkan duplikasi pelaksanaan penelitian.
Dengan penelusuran pustaka dapat diketahui penelitian yang pernah dilakukan dan
dimana hal itu dilakukan.
Rancangan penelitian. Rancangan penelitian mengatur sistematika yang akan
dilaksanakan dalam penelitian. Memasuki langkah ini peneliti harus memahami
berbagai metode dan teknik penelitian. Metode dan teknik penelitian disusun
menjadi rancangan penelitian. Mutu keluaran penelitian ditentukan oleh ketepatan
rancangan penelitian.
Pengumpulan data. Data penelitian dikumpulkan sesuai dengan rancangan penelitian yang telah ditentukan. Data tersebut diperoleh dengan jalan pengamatan,
percobaan atau pengukuran gejala yang diteliti. Data yang dikumpulkan merupakan
pernyataan fakta mengenai obyek yang diteliti.
Pengolahan data. Data yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasikan dan
diorganisasikan secara sistematis serta diolah secara logis menurut rancangan
penelitian yang telah ditetapkan. Pengolahan data diarahkan untuk memberi argumentasi atau penjelasan mengenai tesis yang diajukan dalam penelitian,
berdasarkan data atau fakta yang diperoleh. Apabila ada hipotesis, pengolahan data
diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Dari data yang sudah
terolah kadangkala dapat dibentuk hipotesis baru. Apabila ini terjadi maka siklus
penelitian dapat dimulai lagi untuk membuktikan hipotesis baru.
Penyimpulan hasil. Setiap kesimpulan yang dibuat oleh peneliti semata-mata
didasarkan pada data yang dikumpulkan dan diolah. Hasil penelitian tergantung
pada kemampuan peneliti untuk menfasirkan secara logis data yang telah disusun
secara sistematis menjadi ikatan pengertian sebab-akibat obyek penelitian. Setiap
kesimpulan dapat diuji kembali validitasnya dengan jalan meneliti jenis dan sifat data dan model yang digunakan.
HASIL PENELITIAN
Keluaran penelitian dapat berupa teori, metode proses dalam prototip baru.
Keluaran penelitian merupakan kontribusi penelitian pada perbendaharaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Hasil tersebut dapat dikelompokkan menjadi perangkat
lunak (informasi dasar dan publikasi ilmiah) serta perangkat keras (prototip), dll.
Informasi dasar. Yang dimaksud dengan informasi dasar disini ialah hasil penelahaan sesuatu aspek mengenai alam lingkungan, masyarakat, kondisi sosial, budaya dan sebagainya. Hasil penelahaan tersebut disusun sebagai teori, metode, proses baru.
Publikasi ilmiah. Hasil penelitian disebarluaskan melalui publikasi ilmiah. Publikasi
ilmiah adalah sarana agar kontribusi penelitian dapat dibahas dan diuji kembali
secara terbuka oleh masyarakat ilmiah. Publikasi ilmiah memungkinkan masuknya
umpan balik bagi peneliti. Umpan balik ini penting karena dengan demikian suatu
hasil penelitian akan diuji dan diuji lagi. Dengan cara demikianlah sifat akumulatif
dalam metode ilmiah itu berlangsung.
Prototip. Bentuk lain dari keluaran penelitian adalah perangkat keras atau prototip.
Prototip merupakan produk awal penelitian. Prototip tersebut masih dalam skala
laboratorium dan jumlahnya tidak banyak. Prototip selanjutnya dapat dikembangkan
untuk menjadi produksi masal.
PENUTUP
Penguasaan metode penelitian dapat meningkatkan kemampuan dosen dan mahasiswa untuk menghasilkan keluaran penelitian yang bermutu. Keluaran penelitian dapat menjadi kontribusi perguruan tinggi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan nasional. Dengan demikian, penelitian merupakan wahana penting bagi perguruan tinggi untuk turut berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan nasional.
DAFTAR ACUAN
Prof Muhammadi adalah Gurubesar tetap pada Fakultas Teknik Universitas
Indonesia
[1] Gay, L.R. and Diehl, P.L. 1992. Research Methods for Business and
Management. Macmillan Publishing Co, New York
[2] Koentjaraningrat. 1977. Methode-methode Penelitian Masyarakat. Penerbit
Gramedia, Jakarta
[3] Lastrucci, C.L. 1963 The Scientific Approach Basic Principles of the Scientific
Method. Schenkam Publishing Company Inc.. Cambridge. Massachusetts
[4] Leedy, P.D. 1974. Practical Research Planning and Design. Macmillan
Publishing Company Inc., New York
[5] Neale, J.M. and Liebert, R.M. 1986. Science and Behavior: An Introduction to
Methods of Research. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey
[6] Wilson, E.B. 1952. Introduction to Scientific Research. McGraw-Hill Book
Company Inc., New York
[7] -----. 1992. Panduaan Metode Penelitian. Direktorat Pembinaan Penelitian dan
Pengabdian pada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta
Oleh MUHAMMADI
...

Selengkapnya >>

PENELITIAN EKSPERIMEN (2)

PENELITIAN EKSPERIMEN
DI BIDANG PENDIDIKAN

BAGIAN II


E. PELAKSANAAN EKSPERIMEN
Sesudah mempersiapkan desain/rancangan eksperimen serta berusaha
mengantisipasi berbagai kesesatan yang mungkin dapat mengganggu
pelaksanaan dan hasil eksperimen, maka apa yang harus dilakukan agar
eksperimen terssebut dapat berjalan dengan baik? Namun, sebelum ke
pelaksanaannya perlu dikaji ulang, apakah materi yang akan diajarkan
sudah disiapkan dengan baik? Apakah kedua kelompok eksperimen
sudah dipersiapkan sesuai prosedur penelitian eksperimen? Dan, guru
yang akan melaksanakan sudah dipersiapkan secara memadai dan
memiliki kualitas yang seimbang? Kalau semuanya sudah dikaji barulah
kita memperhatikan langkah berikut ini:
1. Selama 4 bulan (kalau ini rencana eksperimennya) kelompok A
sebagai kelompok eksperimen diberikan materi yang sama dengan
kelompok kontrol. Sedangkan metode pembelajaran yang digunakan
berbeda. Kelompok A dengan metode pemecahan soal, sedangkan
kelompok B dengan metode pemahaman konsep (umpama ini yang
direncanakan).
2. Selama pelaksanaan eksperimen diupayakan semaksimal mungkin
agar kesesatan tidak timbul terutama kesesatan yang tidak konstan,
baik siswa maupun guru pelaksana, agar tidak mengganggu hasil
eksperimen.
3. Selama eksperimen perlu diamati semua perubahan yang terjadi
berdasarkan pedoman observasi yang telah dipersiapkan, misalnya
aspek perhatian siswa, keberanian siswa berpendapat, kondisi
kelas, kedisiplinan siswa dan lain-lain.
4. Sesudah waktu eksperimen selesai (sesudah 4 bulan), diadakan tes
akhir eksperimen. Jenis tes, materi tes serta waktu pelaksanaan tes
yang diberikan pada kelompok eksperimen dan kontrol harus
sama.
5. Sesudah data dikoreksi dan dianggap lengkap, ditabulasi dan
diskripsikan sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang sudah
disusun dari kedua kelompok tersebut dianalisis dengan statistik uji
t. Kalau kesimpulan menunjukkan adanya perbedaan yangsignifikan, maka perlu dilihat mana Meannya yang lebih besar itulah
yang lebih efektif/baik. Kalau Mean pada kelompok eksperimen lebih
baik, maka dapat disimpulkan bahwa metode pemecahan soal lebih
efektif dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika yang
berarti hipotesis kerjanya diterima.
Bagaimana kalau hasil eksperimen ternyata menolak hipotesis kerja?
Apakah penelitian itu kemudian tidak berarti dan tidak dapat diajukan
untuk mendapatkan kredit pengembangan profesi? Kalau diajukan
apakah tidak dapat dinilai sehingga hasil penelitian itu tidak bermanfaat?
Kita tidak bisa langsung menjawab ya atau tidak. Perlu dikaji secara
hati-hati dengan menggunakan dasar berpikir ilmiah/logika. Coba marilah
kita diperhatikan beberapa asumsi berikut untuk direnungkan:
1) Dasar penyusunan hipotesis apakah sudah menggunakan dasar teori
serta temuan ilmiah yang relevan? Jawabannya sudah, kalau
sudah kita ke alur berikutnya.
2) Bilamana riset itu merupakan penelitian eksperimen, apakah
persiapan eksperimen sudah dilakukan secara ilmiah menurut
dasar-dasar penelitian eksperimen? Jawabannya sudah; baik yang
menyangkut penetapan kedua kelompok kontrol dan eksperimen),
maupun penetapan pelaksana eksperimen. Kalau sudah, marilah ke
pertanyaan berikutnya.
3) Kalau demikian, apakah kondisi-kondisi pada kedua kelompok
eksperimen tersebut sudah diperhatikan dengan baik dan
seimbang? Jawabannya sudah, waktu masuk sekolah, lingkungan
kelas, peralatan/ alat peraga serta bahan ajar yang akan diberikan
dan komponen lain yang terkait. Kalau demikian perlu kita lanjut ke
pertanyaan selanjutnya.
4) Penyebabnya ada kemungkinan peneliti kurang memperhatikan
adanya kesesatan tidak konstan yang ditimbulkan dari berbagai
aspek, misalnya adanya siswa yang sering mengganggu salah satu
kelompok eksperimen, atau adanya tindakan guru pelaksana
eksperimen/kontrol yang kurang serius dalam bertugas, atau di
suatu kelas terhimpun siswa yang memiliki dasar kuat yang
berkaitan dengan materi pelajaran yang dieksperimenkan. Misalnya
pelajaran matematika, di suatu kelas terhimpun siswa yang IQnya
bagus-bagus dan tidak demikian pada kelas yang lain. Kalau hal ini
jawabannya tidak dan masalah itu sudah diperhatikan serta sudah
dilaksanakan guru pelaku eksperimen/peneliti, maka peneliti perlu
mengajukan pertanyaan berikutnya.
5) Kemungkinan peneliti waktu menyusun alat evaluasi belajar hasil
eksperimen tidak memperhatikan tingkat validitas dan reliabilitasnya.
Artinya ketepatan dan ketelitian alat evaluasinya tidak terpenuhi,
atau tingkat keterandalannya belum diperhatikan, belum mencakup
seluruh materi pelajaran. Atau, waktu pelaksanaan evaluasi/tes akhir
tidak dilakukan bersamaan, sehingga siswa pada salah satu kelas
mendapatkan bocoran dari kelas lain. Kalau jawabannya juga
tidak, maka lanjutkan ke pertanyaan yang ke-6.
6) Jika demikian ada kemungkinan cara analisis datanya tidak tepat,
tidak mengikuti teknik analisis statistik eksperimen sesuai dengan
pola yang digunakan. Mulai koreksi hasil post test/evaluasi akhir,
tabulasi sampai penggunaan pada analisis dengan teknik
statistiknya harus benar, kesalahan tanda koma saja dapat
mengakibatkan dari ada perbedaan menjadi tidak ada atau
sebaliknya. Bilamana hal ini juga sudah dilakasanakan denganstatistik dan prosedur analisis yang tepat dan hati-hati oleh
peneliti. maka tinggal kemungkinan/ alternative atau asumsi
terakhir.
7) Kalau keenam hal di atas sudah dilaksanakan dengan baik, hati-hati
dan juga tidak melakukan penyimpangan, maka kemungkinan
terakhir yaitu adanya kesesatan konstan yang tidak mungkin
peneliti mampu untuk mengatasi/ menghilangkan, tetapi peneliti juga
tidak mencoba mengurangi kesesatan ini Kondisi itu misalnya, pada
salah satu kelompok sebagian besar siswa pada sore hari mengikuti
les tambahan, banyak dibimbing saudara/orang tuanya pada malam
hari, budaya disiplin belajar telah tertanam pada sebagian siswa,
alat/media belajar lengkap atau sebaliknya pada kelompok lain
banyak anak yang malas belajar dan faktor lain yang dapat
berpengaruh terhadap hasil belajar.
Untuk itu, bilamana hasil penelitiannya menolak hipotesis dan peneliti
mampu memberi alasan/bahasan yang logis dan argumentasi yang
jelas, dan kuat maka hasil penelitian tersebut tetap dapat diajukan dan
bahkan mungkin mempunyai nilai/kredit atau dapat diusulkan/diajukan
untuk kenaikan jabatan/ pangkat pengembangan profesi. Justru kalau
hasil penelitian menolak, hipotesisnya dibangun dengan mempunyai
dasar kuat dan data lapangan yang dihasilkan secara faktual memang
mendukung adanya, maka akan dapat menumbuhkan pemikiran baru,
konsep baru yang dapat mengarah ke pembentukan teori baru kalau
penelitian lanjutan untuk memperkuat hasil penelitian tersebut dilakukan.
Akibatnya, diperolehnya konsep baru, preposisi baru akan dapat
mengembangkan teori baru dan meninggalkan teori lama. Memang
jarang dijumpai adanya peneliti yang demikian atau peneliti tidak berani
menyampaikan hasil penelitiannya bilamana hasil analisis tidak
menerima hipotesis kerjanya, karena peneliti belum mampu memberikan
alasan yang mendasar atas ditolaknya hipotesis tersebut.
Sesudah memahami bagaimana mempersiapkan/menyusun rancangan
eksperimen, melaksanakan serta faktor apa yang harus dikendalikan
agar tidak mengganggu hasil eksperimen, perlu mempelajari beberapa
jenis eksperimen mana yang paling sesuai bagi guru yang akan
mencoba metode pembelajaran dalam upaya memperbaiki hasil belajar
siswa. Dipersilahkan membaca bagian selanjutnya.
F. DESAIN EKSPERIMEN
Apakah desain eksperimen itu? Desain eksperimen adalah suatu
rancangan percobaan dengan setiap langkah tindakan yang
terdefinisikan, sehingga informasi yang berhubungan dengan atau
diperlukan untuk persoalan yang akan diteliti dapat dikumpulkan secara
faktual. Dengan kata lain, desain sebuah eksperimen merupakan
langka-langkah lengkap yang perlu diambil jauh sebelum eksperimen
dilakukan agar data yang semestinya diperlukan dapat diperoleh
sehingga akan membawa ke analisis obyektif dan kesimpulan yang
berlaku dan tepat menjawab persoalan yang dibahas.
Untuk meneliti pengaruh metode pemecahan soal terhadap prestasi
belajar matematika, misalnya, maka perlu dipersiapkan
rancangan/proposal penelitian. Untuk itu, perlu jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Persoalan apa yang menjadi pusat perhatian peneliti sehinggaharus melakukan penelitian dengan penelitian eksperimen?
b. Bagaimana mempersiapkan kelompok eksperimen dan kontrol?
c. Karakteristik metode pembelajaran yang akan dibandingkan?
d. Variabel tergantung (dependent) apa yang menjadi pusat perhatian
peneliti dan apa instrumen pengukurnya?
e. Apa teori dasar yang harus dipersiapkan?
f. Berapa lama eksperimen akan dilakukan?
g. Metode analisis apa yang tepat digunakan?
h. Bagaimana mengurangi kesesatan pada kedua kelompok?
Pertanyaan di atas memberi gambaran bahwa suatu desain untuk
mengerjakan suatu eksperimen perlu dipikirkan selengkap dan serinci
mungkin.agar dapat dipakai pegangan dalam pelaksanaannya.
Dalam penelitian eksperimen kita tidak terkonsentrasi pada satu jenis
desain/ pola eksperimen saja, ada tiga desain yang disajikan, guru dapat
memilih alternatif mana yang paling tepat untuk mencoba suatu tindakan
tertentu bilamana kondisi siawa/kelas/sekolah mengalami masalah.
Setiap pola/desain eksperimen mempunyai kelemahan dan kebaikannya,
namun peneliti harus mampu memilih desain eksperimen yang dapat
dilaksanakan dan paling minim mengandung resiko kelemahan.
Sebenarnya lebih dari 8 (delapan)desain eksperimen yang dapat kita
pelajari, namun berikut ini hanya disampaikan beberapa desain
eksperimen yang sering digunakan guru dalam memperbaiki hasil belajar
siswa, yaitu:
1) Treatments by Levels Designs,
2) Treatment by Groups Designs, dan
3) Matched Subjects Designs
Untuk mendapatkan gambaran yang agak jelas berikut ini diuraikan
secara singkat ketiga desain eksperimen tersebut.
1. Treatment by Levels Designs.
Desain ini memberikan dasar-dasar pengamatan stratifikasi yang
lebih baik. Kita sadari bahwa pada setiap kelompok/kelas selalu
dijumpai adanya siswa yang masuk kelompok tinggi dan rendah, ada
anak-anak yang pandai dan kurang pandai, maka melalui desain ini
stratifikasi itu perlu mendapat perhatian dalam menentukan
kelompok kontrol dan eksperimen. Kondisi semacam ini dalam
pelaksanaan suatu eksperimen perlu diperhatikan agar tidak banyak
mengganggu hasil akhir eksperimen.
Untuk itu, dalam persiapan eksperimen, peneliti harus menentukan
dua kelompok yang di dalamnya terdistribusi siswa yang
berkemampuan yang seimbang. Walupun demikian bukan berarti
bahwa desain ini sudah terbebas dari kesesatan, masih juga dapat
terjadi bilamana tidak memperhatikan pelaksana/guru pelaku
tindakan baik di kelompok eksperimen atau di kelompok kontrol.
Pengulangan juga terjadi kalau tidak diperhatikan kemungkinan
pengulangan metode pada kedua kelompok itu. Disamping itu, juga
perlu diperhatikan variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap
hasil eksperimen, maka persiapan perlu dilakukan
sebaik-baiknya.
1. Matched Group Designs
Desain eksperimen ini merupakan desain yang paling banyak
digunakan para guru dalam menguji keampuhan suatu metode
pembelajaran dibandingkan metode lain. Data untuk persiapan
dengan desain eksperimen ini dapat diperoleh dari dokumen ataumemberikan pretest kepada siswa yang akan dijadikan subyek
penelitian. Persoalan pokok yang perlu dipikirkan lebih awal pada
grup matching adalah faktor-faktor yang harus diseimbangkan agar
grup-grup yang mengikuti eksperimen dapat berjalan pada kondisi
eksperimental tanpa dipengaruhi faktor ekstrane. Prinsipnya semua
faktor yang dipandang dapat memengaruhi/mengotori pengaruh
tindakan/treatment harus di-matched/jodohkan sebelum tindakan
atau eksperimen dilakukan. Misalnya prestasi belajar, dan inteligensi
dipandang akan berpengaruh pada hasil eksperimen, maka kedua
faktor itu harus di-matched.
Cara melakukan matching dapat melakukan dengan menguji
perbedaan grup-grup yang dicoba akan menjadi kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dengan analisis t-test. Bilamana
ada perbedaan antara kedua kelompok itu eksperimen tidak dapat
diteruskan, berarti kedua kelompok itu harus menujukkan adanya
kesamaan.
2. Matched Subjects Designs
Desain ini berlandaskan pada adanya matched subjects pada dua
kelompok yang dipersiapkan untuk eksperimen. Pada matched
groups, yang dipakai dasar adalah menjodohkan kedua kelompok itu
dengan perhitungan seluruh subyek yang ada pada tiap kelompok,
sedang matched subjects yang dijodohkan tiap-tiap subyek
pada kelompok yang satu dengan subyek pada kelompok yang lain.
Pada matched subjects dapat dijodohkan dengan system: a)
nominal pairing, b) ordinal piring, atau c) combined pairing. Nominal
pairing yang dipasang-pasangkan umpama jenis kelamin, jenis
pekerjaan orang tua, sedang orninal pairing yang
dipasang-pasangkan adalah intelegensi, prestasi belajar, atau
tingkat pendidikan, Pada pelaksanaannya sangat tergantung pada
pelaku eksperimen, sistem apa yang akan dipakai.
Desain ini mempunyai kepekaan (sensitivitas) yang lebih tinggi
dibandingkan dengan desain lainnya dalam mendeteksi perbedaan
pengaruh tindakan/treatment, apalagi kalau mampu memperhatikan
faktor-faktor lain yang dapat mencemari hasil eksperimen.
G. LAPORAN PENELITIAN
Kegiatan paling akhir dan sering tertunda-tunda serta menjemukan adalah
menyusun laporan hasil penelitian. Agar tidak tertunda dan tetap segar
untuk menyusun laporan dapat dimulai sejak peneliti melaksanakan
kegiatan eksperimennya. Apa yang harus ditulis awal, penelitiannya saja
baru mulai? Kalau kita memperhatikan materi yang akan ditulis pada
laporan hasil penelitian itu, harus ingat pada rancangan/proposal
penelitian yang sudah disusun awal. Rancangan penelitian yang sudah
lengkap dan terstruktur secara sistematis, akan memberikan bahan
dasar laporan yang sangat berharga dan mengurangi beban waktu
penyusunan laporan. Tiga bab dari lima bab pada laporan sudah ada di
rancangan/proposal penelitian, walaupun masih perlu dipertajam,
disempurnakan dan dilengkapi sesuai dengan apa yang akan
dilaksaknakan peneliti. Maka sambil melaksanakan eksperimen
guru/peneliti dapat mengawali menyusun laporan pada bab
pendahuluan, kajian teori dan pustaka, serta bab metode penelitiannya.
Bab atau bagian baru dan lebih membutuhkan pemikiran dan belum adadi proposal adalah bab IV yang menyajikan hasil penelitian dan
pembahasan. Bab ini baru dapat ditulis kalau kegiatan pengumpulan
data, kegiatan eksperimennya sudah selesai. Semua data dari proses
sampai hasil akhir eksperimen harus disajikan pada bagian ini. Cara
menyajikan dapat dalam bentuk tabel, grafik, skema atau bagan, dan
bertujuan untuk mempermudah pembaca memahmi makna yang
disampaikan peneliti. Hasil analisis data didasarkan pada hasil yang
diperoleh dari tes materi pelajaran serta angket pada ahkir
pelajaran/eksperimen.
Untuk menyusun laporan penelitian, guru diharapkan memahami
sistematika penulisan yang sudah ditetapkan, seperti yang terlampir
pada bagian akhir dari hand-out ini. Pada prinsipnya sistematika
pembhasan mengandung tiga bagian pokok yaitu, bagian awal, bagian
inti dan bagian pendukung. Agar karya ilmiah jenis penelitian ini
memenuhi syarat untuk dinilai angka kreditnya, diwajibkan ada
pengesahan dari kepala sekolah dan perpustakaan sekolah dari guru
pengusul.
H. PENUTUP
Penelitian eksperimen merupakan jenis penelitian yang dapat
dilaksanakan oleh guru disamping penelitian tindakan kelas. Kalau
dilakukan dengan hati-hati dan cermat besar kemungkinan akan
mendapatkan kepuasan tersendiri, baik dalam bidang akademik maupun
ilmu pengetahuan yang diperoleh. Guru sering sekali memperoleh ilmu
baru, mendapat metode baru yang dapat dicobakan untuk mendapatkan
gambaran secara jelas perbedaan yang diakibatkan, terlebih kalau
mampu mengendalikan variabel pengganggu pelaksanaan eksperimen.
Untuk itu mempelajari berbagai jenis penelitian sangat penting dalam
mengantarkan guru dalam meningkatkan/ mengembangkan profesinya
secara nyata dalam menghayati berbagai masalah yang dihadapi
kesehariannya di kelas. Dengan penguasaan penelitian eksperimen akan
dapat melengkapi tugas guru dalam upaya mengantarkan para siswanya
untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik. Selamat mencoba untuk
melakukan penelitian eksperimen yang sesuai dengan disiplin ilmu yang
sedang ditekuni dan kembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Linquit EP, 1986, Design and Analysis of Experiments in Psychologi and
Educa-Tion, Boston: Houghton Mifflin Company
Federer, WT, 1974, Experiment Design,: Theory and Applications, Oford &
LBH Publishing Co., New Delhi
Kempthorne, O., 1984, The Design andAnalysis of Experiments, Wiley Eastern
Private Ltd. New Delhi
Montgomery, D C., 1976., Design and Analysis of Experiment, John Wiley &
Sons, New York
Sudjana, 1994, Desain dan Analisis Eksperimen, Penerbit Tarsito Bandung.
Sukardi, 2004, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta
Sutrisno Hadi, 2004, Metodologi Research,: untuk menulis laporan, skripsi
thesis dan disertasi, Penerbit Andi Yogyakarta
Oleh : Prof. Supardi
...

Selengkapnya >>

PENELITIAN EKSPERIMEN (1)

PENELITIAN EKSPERIMEN
DI BIDANG PENDIDIKAN

BAGIAN I


A. PENDAHULUAN
Setiap guru yang telah senior merasakan bahwa kenaikan pangkat dari IIIa ke Pembina/IVa sangat mudah, cepat dan lancar tanpa dituntut persyaratan yang dapat memberatkan guru, akibatnya sangat banyak guru yang menduduki pangkat/jabatan tersebut. Sedangkan untuk menduduki Pembina Tk.I/gol. IVb harus memunyai nilai kredit pengembangan profesi. Mengapa banyak guru Pembina/gol. IVa usulan kenaikan pangkatnya banyak yang belum berhasil?
Karena karya ilmiah (KTI) yang diusulkan belum memenuhi syarat, antara lain:
(a)banyak KTI yang tidak asli, jiplakan, bukan buatan sendiri,
(b) KTInya berisi uraian yang terlalu umum, tidak berkaitan dengan permasalahan atau kegiatan nyata yang dilakukan guru dalam mengembangakan profesinya,
(c) sistematika tulisannya tidak mengikuti sistematika karya ilmiah.
Apakah untuk naik ke Pembina Tk I/IVb melalui pengembangan profesi sangat berat? Sebenarnya tidak asalkan mau berusaha, belajar, dan menulis sesuai dengan profesinya sebagai guru. Apakah KTI merupakan satu-satunya kegiatan pengembangan profesi? Tidak, KTI bukan merupakan satu-satunya kegiatan pengembangan profesi guru. Namun, karena berbagai alasan yang antara lain belum jelasnya petunjuk operasional pelaksanaan dan penilaian dari kegiatan selain KTI, maka kegiatan pengembangan profesi sebagian terbesar dilakukan melalui KTI. Apa saja jenis KTI itu? KTI itu ada 7 jenis, yaitu penelitian, kajian ilmiah hasil gagasan sendiri, ilmiah populer, makalah seminar, Buku pelajaran/modul, diktat pelajaran, dan Hasil terjemahan. Dari
ketujuh jenis KTI itu, hasil penelitian yang mempunyai nilai kredit tertinggi, maka guru cenderung memilih jenis ini untuk kenaikan pangkatnya walaupun banyak yang belum menguasai cara/metode penelitiannya.
Sebagai contoh; ada seorang guru menghadapi masalah proses pembelajaran di klas: siswa sulit memahami pokok bahasan pada pelajaran tertentu, sebagian besar siswa prestasi belajarnya rendah, tidak berani mengeluarkan pendapat, dan motivasi/minat belajar kurang. Timbul pertanyaan pernahkah guru mencari upaya untuk mengatasinya? Apa yang harus dilakukan guru? Apa tidak perlu dicari akar masalahnya? Apa guru
tetap mengajar seperti biasanya dan masalah itu diabaikan? Tentunya tidak, dan ternyata umumnya guru sudah berupaya untuk mengatasinyadengan berbagai cara/metode/pendekatan melalui perubahan cara mengajar seperti metode/pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning), Quantum learing, cooperative learning, tutor sebaya, local material learning, dan lain-lain. Hasilnya menunjuk kan ada perubahan ke arah perbaikan Hal ini memberi gambaran bahwa guru tersebut sudah melakukan kegiatan
pengembangan profesi, namun belum ditulis secara sistematis sehingga tidak punya bukti untuk diusulkan kenaikan pangkat melalui pengembangan profesi. Ada pula guru yang sepulang mengikuti Diklat, langsung mencoba metode mengajar yang baru saja diperolehnya, dan hasilnya memberikan kepuasan baik prestasi belajar, suasana belajar maupun keberanian bertanya, dan menambah percaya diri guru. Guru tersebut sudah melakukan kegiatan ilmiah, sudah melaksanakan pengembangan profesiya, namun
lagi-lagi tidak ada bukti tertulis yang terdokumensi yang harus disampaikan waktu akan mengusulkan kenaikan pangkat.
Pada waktu melihat prestasi siswanya rendah guru sudah berpikir bagaimana cara mengatasinya. Untuk itu, berdasarkan hasil diklat yang diikutinya, mereka ingin mencoba menerapkan melalui penelitian. Apakah hasil belajar siswa yang diajar dengan metode belajar yang selama ini dilakukan lebih jelek dibandingkan dengan metode baru yang diperoleh waktu diklat. Untuk mencoba guru tersebut tidak memahami jenis penelitian apa yang tepat digunakan untuk mengatasi masalah itu? Guru belum semua
menguasai berbagai jenis penelitian. Jenis penelitian yang sering digunakan guru dalam mengatasi masalah pembelajaran adalah penelitian tindakan kelas, penelitian deskriptif, penelitian korelasional, dan penelitian eksperimen. Jenis pendekatan penelitian yang paling tepat untuk merealisasi kegiatan guru dalam membandingkan dua metode pembelajaran terhadap hasil belajar adalah melalui penelitian eksperimen.
Apakah penelitian eksperimen itu? Apa tujuannya? Bagaimana cara melakukan yang benar? Bagaimana menulis laporan hasil penelitiannya agar memenuhi syarat dan dapat nilai kreditnya?. Marilah kita belajar bersama untuk memahami dan kemudian melaksanakan secara hati-hati dan terarah.
Penelitian eksperimen (Experimental Research) kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/tindakan/treatment pendidikan terhadap tingkah laku siswa ata menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh tindakan itu bila dibandingkan dengan tindakan lain.
Berdasarkan hal tersebut maka tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda. Misalnya, suatu eksperimen dimaksudkan untuk menilai/membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan (pembelajaran dengan metode pemecahan soal) terhadap prestasi belajar
matematika pada siswa SMU atau untuk menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh perlakuan tersebut bila dibandingkan dengan metode pemahaman konsep. Tindakan di dalam eksperimen disebut treatment, dan diartikan sebagai semua tindakan, semua variasi atau pemberian kondisi yang akan dinilai/diketahui pengaruhnya. Sedangkan yang dimaksud dengan menilai tidak terbatas pada mengukur atau melakukan deskripsi atas pengaruh treatment yang dicobakan tetapi juga ingin menguji sampai
seberapa besar tingkat signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya) pengaruh tersebut bila dibandingkan dengan kelompok yang sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda.
Apakah perlu kelompok pembanding? Marilah kita renungkan jawaban ini.Proses yang disebabkan oleh satu macam tindakan/perlakuan, kita tidak pernah dapat menyatakan bahwa tindakan dan proses itu menghasilkan sesuatu yang lebih baik, kurang baik, dan kita baru dapat menyatakan kalau sudah dibandingkan dengan yang lain. Dari suatu tindakan kita hanya dapat menyatakan bahwa proses begini dan begitu itu akan menimbulkan gejala yang begini atau begitu. Gejala itu baru dapat dikatakan lebih baik jika gejala lain jadi ukuran sebagai pembanding. Karena itu dalam suatu eksperimen ilmiah dituntut sedikitnya dua grup, yang satu ditugaskan sebagai grup
pembanding (control group), sedang grup yang satu lagi sebagai grup yang dibandingkan (experimental group).
Bagaimana cara melaksanakan jenis penelitian eksperimen ini ?. Untuk melaksanakan suatu eksperimen yang baik, kita perlu memahami terlebih dahulu segala sesuatu yang berkait dengan komponen-komponen eksperimen. Baik yang berkaitan dengan pola-pola eksperimen (design experimental), maupun penentuan kelompok eksperimen dan kontrol,
bagaimana kondisi kedua kelompok sebelum eksperimen dilaksanakan, cara pelaksanaannya, kesesatan-kesesatan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen, cara pengumpulan data, dan teknik analisis statistik yang tepat digunakan. Hal itu semua, para guru dapat mempelajari, mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan penelitian itu, tanpa meninggalkan tugas sehari-hari di kelas.
B. MEMPERSIAPKAN EKSPERIMEN
Marilah kita mempersiapkan penelitian eksperimen secara baik. Sebelum peneliti melaksanakan treatment/perlakuan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Sebagai ilustrasi seorang guru akan mengadakan percobaan tentang keampuhan dua metode mengajar dalam bidang Matematika, Mana di antara dua macam metode yang dapat memberikan prestasi belajar lebih baik (metode pemahaman konsep atau metode pemecahan soal). Karena, ditemukan selama guru menggunakan metode pemahaman konsep prestasi belajar siswanya belum menggembirakan.
1. Langkah awal dijumpai ada problem terhadap prestasi belajar matematika yang selama ini diajarkan melalui metode pemahaman konsep. Seorang guru matematika waktu mengikuti diklat mendapat metode baru yaitu metode pemecahan soal“ muncul pertanyaan:
manakah di antara dua metode pembelajaran Matematika yang dapat menumbuhkan prestasi belajar lebih baik?.
2. Tujuannya: Untuk mengetahui apakah metode pemecahan soal lebih baik dalam mengembangkan kecakapan matematika dibandingkan dengan pemahaman konsep (Untuk mengetahui pengaruh metode pemecahan soal terhadap prestasi belajar matematika). Guru juga dapat mengetahui sikap siswa terhadap metode pembelajaran tersebut.
3. Langkah berikutnya, mencari dasar teori yang berkaitan dengan variabel penelitian (metode pembelajaran pemecahan soal dan pemahaman konsep, serta prestasi belajar). Diupayakan adanya kerangka pemikiran yang mengarah pada simpulan bahwa metode
pemecahan soal lebih baik dalam menanamkan pemahaman matematika dibandingkan dengan metode pemahaman konsep.
4. Selanjutnya, perlu dikemukakan hipotesisnya: “Metode pemecahan soal lebih baik dibandingkan metode pemahaman konsep dalam meningkatkan prestasi belajar matematika”. Hipotesis ini diperlukanuntuk pedoman peneliti dalam merancang lebih lanjut..
5. Langkah awal bagian metode penelitian adalah melakukan pengukuran kepada dua kelompok yang siswanya mempunyai kesamaan kemampuan /IQ dalam matematika. Dari dua kelompok yang sudah mempunyai kesamaan itu dipilih secara random untuk
menentukan mana kelompok kontrol dan mana yang akan ditugaskan sebagai kelompok eksperimen.
6. Menentukan siapa guru yang akan ditugasi untuk mengajar pada masing-masing kelopok tersebut. Bilamana telah mendapatkan guru yang memiliki kualitas yang sama, dipilih secara random untuk ditugaskan ke kelompok eksperimen/kontrol. Kalau gurunya
sama/satu orang, wajib menjaga obyektivitas dalam menerapkan kedua metode tersebut.
7. Persiapkan materi ajar dan rincian tindakan yang akan dilakukan pada metode yang telah ditetapkan untuk kedua kelompok tersebut.
Sesudah memahami langkah-langkah tersebut, kita perlu melihat kembali hal hal mendasar yang perlu diperhatikan sebelum eksperimen dilakukan. Kalau semua komponen tersebut sudah dipersiapkan dengan baik dan lengkap barulah mencoba menyusun rancangan/desain eksperimennya.
C. FAKTOR YANG PERLU DIKONTROL
Sebelum eksperimen dilaksanakan ada berbagai faktor, variable, serta kondisi apa saja yang berkaitan dengan kegiatan eksperimen perlu diperhatikan. Hal ini untuk mengantisipasi adanya perbedaan sesudah eksperimen itu benar-benar disebabkan oleh metode bukan karena faktor lain. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut :
a) Latar belakang kebudayaan. Pelajar yang mempunyai kebudayaan yang berbeda besar kemungkinan mempunyai sifat dan kebiasaan yang berbeda pula. Untuk itu perlu diperhatian agar adanya perbedaan bukan karena faktor ini tetapi faktor metode mengajarnya. Ada siswa yang setiap hari selalu belajar bersama dengan kakak-kakaknya, mengikuti pelajaran tambahan setiap sore.
b) Dasar matematika; Sebelum eksperimen dimulai siswa masing-masing kelas/kelompok perlu diseimbangkan agar tidak terjadi salah satu kelas terdiri atas siswa yang pandai sedang lainnya terdiri atas siswa yang sedang dan kurang pandai. Sehingga adanya perbedaan hasil akhir eksperimen bukan disebabkan oleh metode mengajar tetapi oleh kondisi siswa yang berbeda.
c) Ruangan kelas. Ruangan kelas kedua calon kelompok eksperimen dan control itu harus dibuat sedemikian sehingga tidak ada perbedaan kebisingan, kepengapan, ventilasi, serta tata ruang lainnya.
d) Waktu belajar: Perlu diperhatikan waktu berlangsungnya jam pelajaran, tidak diperkenankan kelompok eksperimen (E) masuk pagi kelompok control (K) masuk sore atau sebaliknya.Jika kelas E masuk pagi, kelas K harus masuk pagi, kalau kelas E masuk jam 8.00 kelas K tidak boleh masuk jam 12.00, sehingga hasil eksperimen dikotori oleh faktor masuk sekolah. Jumlah jam kedua kelas/kelompok harus sama
e) Cara mengajar : Metode-metode yang akan dicobakan harusditetapkan dan dirancang lebih dahulu serta dijalankan secara tertib dan benar. Cara guru mengajar harus sesuai dengan pola yang ditetapkan dalam desain eksperimen yang dipersiapkan.
f) Guru/pengajar : Latar belakang pendidikan, serta pengalaman mengajar di upayakan mempunyai derajat yang seimbang. Demikian tingkat kedisiplinan maupun kemampuannya.
g) Lain-lain : walaupun peneliti sudah berupaya mengendalikan variable non eksperimen agar tidak memengaruhi hasil eksperimen, namun sering dijumpai adanya kejadian yang sulit dikontrol dan diprediksi, misalnya: tiba-tiba dijumpai adanya anak yang suka mengganggu jalannya pelajaran, sehingga memengaruhi temannya untuk tidak disiplin, atau terganggu konsentrasinya akibat ulah satu atau beberapa temannya. Dapat terjadi pula adanya pemberian bimbingan belajar di luar jam pelajaran, baik oleh anggota keluarga atau yang lain..
Perlu disadari bahwa sebenarnya banyak sekali faktor yang mungkin dapat berpengaruh terhadap eksperimen. Oleh karena itu, peneliti eksperimen perlu hati-hati pada setiap langkah agar selalu memperhatikan adanya kemungkinan timbulnya kesesatan, dan ada upaya untuk mengendalikan.
D. KESESATAN DALAM EKSPERIMEN
Segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi, keadaan, faktor, perlakuan, atau tindakan yang diperkirakan dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut variable. Dalam eksperimen selalu dibedakan adanya variable-variabel yang berkaitan secara langsung diberlakukan untuk mengetahui suatu keadaan tertentu dan diharapkan mendapatkan dampak/akibat dari eksperimen sering disebut variabel eksperimental atau treatment variable, dan variable yang tidak dengan sengaja dilakukan tetapi dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut variabel noneksperimental. Variabel eksperimental adalah kondisi yang hendak diteliti bagaimana pengaruhnya terhadap suatu gejala. Untuk mengetahui pengaruh varibel itu, kedua kelompok , yaitu kelompok eksperimental dan kontrol dikenakan variabel eksperimen yang berbeda ( misalnya
metode pemecahan soal untuk kelompok eksperimen dan metode pemahaman konsep untuk kelompok control) atau yang bervariasi.
Variabel noneksperimental sebagian dapat dikontrol, baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Ini disebut variabel yang dikontrol atau controlled variabel. Akan tetapi sebagian lagi dari variabel non-eksperimen ada di luar kekuasaan eksperimen untuk dikontrol atau dikendalikan. Ini disebut variabel ekstrane atau extraneous variabel. Dalam setiap eksperimen, hasil yang berbeda
pada kelompok eksperimen dan kontrol sebagian disebabkan oleh variabel eksperimental dan sebagian lagi karena pengaruh variabel ekstrane. Oleh karena itu, setiap guru yang akan melakukan eksperimen harus memprediksi akan munculnya variabel pengganggu ini.
Adanya perbedaan hasil eksperimen yang dilakukan oleh peneliti/guru/pengawas dari kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, bukan secara mutlak disebabkan tindakan yang diberikan, tetapi sebagian lagi karena adanya variable luar/ekstrane yang ikut memengaruhinya. Besarkecilnya pengaruh variable ekstrane yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan dengan yang diobservasi dalam hasil eksperimen disebut kesesatan atau errors. Dalam eksperimen dapat dijumpai adanya dua jenis kesesatan yaitu : (1) Kesesatan konstan, dan (2) Kesesatan tidak konstan (kesesatan kompensatoris). Kesesatan konstan merupakan pengaruh akibat variable ekstrane, yang selalu ada dalam setiap eksperimen. Variabel ini tidak dapat diketahui, tidak dapat diukur dan sulit untuk dikendalikan, serta tidak mudah untuk diperhitungkan dan
dipisahkan dengan perbedaan hasil yang ditimbulkan oleh variable eksperimen. Sebagai contoh dari kesesatan konstan adalah sebagai berikut:
Suatu penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu metode (pemecahan soal) terhadap prestasi belajar matematika.
Prosedur eksperimen telah dilaksanakan sesuai dengan metodologis yang benar, maka peneliti berkeyakinan bahwa adanya perbedaan hasil belajar siswa nanti secara mutlak dipengaruhi oleh baiknya metode yang dilakukan. Ia tidak menyadari adanya berbagai variable yang mungkin dapat mengganggu proses dan hasil eksperimen. Variabel pengganggu kesesatan konstan; misalnya pada kelompok kontrol terdapat
anak-anak/siswa yang pada sore hari ikut pelajaran tambahan/privat. Di samping itu, banyak orang tua/keluarga yang peduli sekali terhadap waktu dan kedisiplinan belajar anaknya, sehingga anak itu selalu diawasi orang tuanya. Ditinjau dari segi guru yang mengajar di kelompok kontrol mempunyai kecakapan mengajar, penguasaan bahan ajar, kepribadian, dan pendekatan kepada siswa sangat bagus. Alat untuk mengukur
kemampuan siswa baru mampu mengukur sebagian dari kecakapan dan materi yang diajarkan. Variabel-variabel tersebut merupakan variable luar/ekstrane yang sulit diperhitungkan, sulit dikendalikan, sehingga disinilah muncul adanya kesesatan konstan.
Dengan adanya kesesatan itu, akibatnya setelah data akhir eksperimen diperoleh dan dianalisis terjadi tidak adanya perbedaan antara hasil belajar matematika bagi siswa kelompok eksperimen yang diberi perlakukan metode A (pemecahan soal) dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode B (pemahaman konsep). Mengapa hal ini terjadi ?
Pada hal secara teori jelas bahwa metode pemecahan soal lebih baik dibandingkan dengan metode pemahaman konsep. Apa jawabannya?
Hal ini terjadi karena banyaknya variabel luar/ekstrane yang muncul pada suatu kelompok tertentu pada saat waktu pelaksanaan eksperimen. Jadi hasil belajar pada siswa kelompok kontrol telah dicemar oleh varibel ekstrane yang peneliti tidak mampu memperhitungkan. Pada hal kalau eksperimen berjalan dengan mulus tanpa banyak dipengaruhi variable yang menyesatkan, besar kemungkinan metode yang dicobakan pada
kelompok eksperimen akan mampu memberikan hasil belajar yang lebih baik.
Kemudian, tindakan apa yang sebaiknya dilakukan guru yang akan melakukan eksperimen? Perlu mempersiapkan secara maksimal berbagai komponen yang berkaitan dengan metode yang akan dieksperimenkan pada bidang materi pelajaran tertentu, baik yang
berkaitan dengan metode pembelajaran yang akan ditreatmenkan/diperlakukan, materi pelajaran, guru pelakasana tindakan,siswa yang dikenai tindakan, kondisi/situasi kelas, lingkungan belajar, maupun komponen lain yang mungkin dapat memengaruhi hasileksperimen. Selama proses kegiatan ekperimen berlangsung, peneliti perlu memperhatikan adanya variabel lain yang dimungkinkan akan dapat mengganggu. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi munculnya variabel luar yang dapat menyesatkan hasil eksperimen.
Kemudian, apa yang dimaksud dengan kesesatan tidak konstan itu?
Kesesatan tidak konstan adalah kesesatan yang terjadi pada satu atau beberapa kelompok dalam suatu eksperimen, tetapi tidak terjadi pada satu kelompok lain. Kesesatan pada jenis ini ada kemungkinan untuk dapat diperhatikan atau dikendalikan pada waktu mempersiapkan eksperimen, atau menentukan pola eksperimen. Kesesatan tipe ini dapat dibedakan kedalam tiga jenis, yaitu:
1). Kesesatan tipe S (Subyek).
2). Kesesatan tipe G (Grup), dan
3). Kesesatan tipe R (Replikasi).
Untuk mendapatkn pemahaman tentang beberpa tipe kesesatan tersebut di atas berikut ini disampaikan penjelasan singkatnya.
1) Kesesaatan Tipe S
Ciri khusus dari kesesatan adalah adanya fluktuasi subjeks sampling pada suatu penugasan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok pembanding/kontrol pada suatu eksperimen. Kejadian ini kemungkinan muncul karena dalam salah satu atau kedua kelompok itu terhimpun beberapa orang dalam segi perimbangan menguntungkan salah satu dari kelompok. Misalnya, dalam suatu eksperimen yang ingin diketahui pengaruh metode terhadap hasil belajar matematika pada suatu kelas di sekolah dasar, mungkin
sekali secara kebetulan pada kelas pembanding terhimpun siswa yang memiliki IQ yang tinggi dan rajin belajar.Setelah proses eksperimen berakhir, diadakan tes kepada kedua kedua kelompok secara bersamaan. Setelah diadakan analisis statistik dengan
menggunakan uji t diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh antara metode A dan metode B terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas tertentu pada SD tersebut. Mengapa demikian? Hal ini dapat disebabkan hasil belajar dari kedua
kelompok eksperimen (kontrol dan eksperimen) bukan disebabkan oleh pengaruh metode, tetapi karena adanya perbedaan subyek (S)yang ditugasi pada kedua kelompok tersebut. Maka dalam pelaksanaan eksperimen, distribusi subyek yang akan ditugasi pada kelompok-kelompok eksperimen harus diseimbangkan, hal ini agar mendapatkan perhatian bagi para peneliti eksperimen pembelajaran.
2) Kesesatan Tipe G
Pada suatu eksperimen dapat terjadi adanya variabel-variabel luar yang mempengaruhi satu atau beberapa kelompok siswa dalam suatu kegiatan eksperimen, tetapi tidak menyangkut seluruh kelompok yang digunakan. Dalam suatu eksperimen bidang
pembelajaran seorang guru yang ditugasi untuk mengajar dengan metode CTL (eksperimen), sedemikian baiknya sehingga memberikan pengaruh yang sangat sistematis terhadap prestasi belajar siswa, dan sebaliknya di kelas lain, diajar oleh guru yang
kurang mempunyai motivasi mengajar, kurang menguasai bahan ajar, dan bahkan kurang disiplin. Demikian pula kalau dalam suatu kelompok eksperimen terdapat siswa yang nakal, dan sering mengganggu teman waktu pelajaran sedang berlangsung, akanmempengaruhi hasil eksperimen pada kelas tersebut. Kalau hal ini terjadi maka kesesatan tipe G telah memengaruhi eksperimen, dan hasil eksperimen tersebut akan tercemari.
3) Kesesatan Tipe R
Ada pola eksperimen yang dilakukan terhadap beberapa eksperimen yang dilakukan secara serentak dengan menggunakan sample dari bermacam-macam sub-populasi. Pada eksperimen tersebut disebut Replikasi. Berdasarkan pada istilah inilah kesesatan tipe R ini muncul.
Pada eksperimen-eksperimen yang menggunakan metode mengajar yang dilakukan beberapa kali umumnya dikerjakan seorang guru. Akan tetapi, guru lain juga dapat mereplika (mengulangi dalam keadaan yang sama) setelah memahami apa yang dilakukan oleh guru sebelumnya. Kesesatan tipe R ini terjadi bilamana variabel luar memberikan pengaruh secara sistematis terhadap satu replikasi, tetapi tidak memberikan pengaruh pada replikasi yang lain. Metode mengajar yang pernah diberikan sebelumnya mungkin memberikan landasan yang sangat menguntungkan bagi metode yang sedang dicobakan, dan tidak demikian halnya yang ada pada kondisi sebaliknya. Metode yang akan dicobakan ternyata sudah biasa diberikan,sehingga siswa pada sekolah itu akan mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik daripada sekiranya mereka diajarkan dengan metode lain. Kalau eksperimen ini dilaksanakan pada suatu sekolah, maka perbedaan pengaruh variabel yang diobservasi dapat dianggap bebas dari kesesatan R itu. Tetapi kalau ditinjau dari segi banyaknya replikasi pada suatu eksperimen yang diadakan di beberapa sekolah, mungkin terjadi kesesatan tipe ini dan berpengaruh terhadap rerata dari variabel yang dieksperimenkan.
Oleh : Prof. Supardi
...

Selengkapnya >>

Lomba Kreativitas Ilmiah Guru Ke-16 Tahun 2008

LOMBA KREATIVITAS ILMIAH GURU Ke-16 TAHUN 2008
“Kreativitas Ilmiah Guru untuk Membangun Kualitas dan Kemandirian Siswa”

Kerja sama antaraLembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan AJB Bumiputera
HadiahPemenang masing-masing bidang akan mendapatkan Piagam Penghargaan dan hadiah
pembinaan sbb:
Pemenang I Rp. 8.000.000 (Delapan Juta Rupiah)
Pemenang II Rp. 7.000.000 (Tujuh Juta Rupiah)
Pemenang III Rp. 5.000.000 (Lima Juta Rupiah)
FOKUSKreativitas Ilmiah Guru SD, SMP/sederajat dan SMA/sederajat dalam
penyampaikan materi dan mengatasi per masalahan pembelajaran di sekolah
BIDANG Untuk Guru SD adalah salah satu mata pelajaran, sedangkan untuk Guru SMP/sederajat dan Guru SMA/sederajat dibagi dalam 2 bidang,
yaitu IPSK (Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan) dan MIPATEK (Matematika, Ilmu
Pengetahuan Alam, dan Teknologi)
PERSYARATAN:
Sistematika: Abstrak, Pendahuluan,
Metodologi, Isi/Pembahasan, Kesimpulan,
dan Daftar Pustaka
1. Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, diketik di kertas HVS A4,
berjarak 1,5 spasi dengan jenis huruf Arial ukuran 11
2. Karya Ilmiah harus asli (bukan jiplakan/plagiat) dan belum/tidak sedang
diikutsertakan dalam lomba sejenis tingkat nasional
3. Karya ilmiah paling banyak 25 halaman (termasuk sketsa/gabar/foto)
4. Pada pojok kiri atas sampul ditulis tingkat dan bidang lomba yang diikuti
5. Karya ilmiah dan alat peraga yang diperlombakan menjadi milik panitia
6. Melampirkan riwayat hidup dan rekomendasi kepala sekolah serta mencantumkan alamat dan nomor telepon/fax kantor/rumah/HP yang mudah dihubungi
7. Karya Ilmiah sebanyak 4 eksemplar (1 asli dan 3 copy diterima Panitia paling lambat tanggal 7 Juni 2008
8. Keputusan Dewan Juri bersifat final dan tidak dapat diganggu gugat
Panitia Lomba Kreativitas Ilmiah Guru XVI Tahun 2008
Biro Kerja Sama dan Pemasyarakatan Iptek
LIPI
Sasana Widya Sarwono Lt. 5
Tlp. 021.5225711 dan 5251834 ext. 273,274,
dan 276
fax. 021.52920839
...

Selengkapnya >>