Sabtu, 12 September 2015

YANG TERSISA DARI PEKERTI


Tanggal 24 sampai dengan 28 Agustus 2015 lalu saya mengikuti PEKERTI yang alhamdulillah diadakan di kampus sendiri. Pada umumnya kegiatan PEKERTI yang di adakan oleh Kopertis wilayah VII ini dilaksanakan di hotel di luar kota. Merujuk pada surat edaran terbaru dari Dikti bahwa salah satu syarat dosen untuk kenaikan pangkat dan jabatan adalah memiliki sertifikat PEKERTI, hal ini berbeda dari sebelumnya bahwa dosen yang wajib mengikuti PEKERTI hanyalah dosen yang memiliki ilmu murni.

Awalnya ogah ogahan juga saat dipilih mengikuti kegiatan ini gelombang 1 karena jadwalnya mulai pukul 8-17 wib dan tidak boleh absen. Berdasarkan informasi dari suami bahwa PEKERTI itu berat banget tugasnya. Mengerjakannya hingga begadang dan dia wanti wanti agar saya menyiapkan silabus, RPP, kontrak perkuliahan dll. Haduh itukan sebenarnya tugas yang sudah melekat pada seorang pengajar tentu saja file tersebut sudah ada semua di laptop saya. Ya maklumlah suami saya S1 dan S2 nya dari ilmu murni :)

Pada tanggal 24 Agustus 2015, Prof. Ali Maksum sebagai sekretaris Kopertis wilayah VII hadir untuk membuka kegiatan PEKERTI. Diawali oleh bapak rektor memberikan sambutan, dalam sambutannya bapak rektor mengatakan bahwa beliau sudah 30 tahun menjadi dosen dan dengan mengikuti PEKERTI ini beliau menjadi semakin paham akan tugas dan fungsi pokok sebagai seorang dosen. 

Acara berikutnya adalah sambutan dari Prof Ali,ada hal yang membuat saya terkesan dalam sambutannya bahwa seorang dosen secara normal (ini normalnya lho..) setelah mengajar 16 tahun sudah menjadi seorang Profesor !! Secara logika setiap 4 tahun sekali dosen harus naik pangkat. Saat itu saya melihat bapak rektor tersenyum sambil memegang kepalanya di podium. Kontan saja seluruh dosen yang hadir menyaksikan beliau sambil tertawa cekikian. 

Hmm... saya rasa ini menjadi masalah hampir seluruh dosen juga termasuk saya :(. Saya sudah mengajar di Unikama sejak tahun 2004 dan jabatan saya masih asisten ahli.. Hwua.. malas sekali saya ini.. itupun TMT nya sudah September 2008 !!Piyuh... padahal sekarang mengurus kenaikan pangkat juga semakin ketat, tahun lalu saya mencoba mengurus ke lektor ternyata setelah dilakukan internal review jurnal saya nilainya pas pas an. Jadi pertimbangannya daripada dikembalikan oleh Kopertis mending ditambah dulu saja 1 jurnal lagi. Haduh... sebenarnya saya sudah memiliki 5 buah artikel yang sudah dimuat di jurnal. Tapi ternyata masih dinilai pas pas an. Tuh kan syarat untuk naik jabatan akademik bukan hal yang mudah :( 

Ada hal lain yang disampaikan oleh Prof Ali, simpel tapi sempat terlupakan. Bahwa dalam hidup ini segala sesuatu tidak boleh mengalir seperti air. Segala sesuatu haruslah direncanakan. Jika kita hanya sekedar hidup dan bisa makan saja lantas apa bedanya dengan hewan ?? Inilah yang menjadi motivasi saya juga untuk segera melanjutkan S3. Beliau juga mengatakan seorang dosen dapat diakui kepakarannya jika sudah Doktor, jika hanya S2 saja maka itu masih dianggap biasa. 

Setelah itu acara dilanjutkan dengan pemberian materi oleh Prof Diah Sawitri. Beliau adalah guru besar dari Universitas Gajayana. Saat saya bertemu beliau saya sangat kagum dari ujung hijab sampai ujung kaki... Hihihi inilah saya yang terbiasa tampil slordig, saya seperti diingatkan kembali bahwa seorang pendidik merupakan model di depan kelas. sehingga penampilan pun juga harus diperhatikan.




Salah satu teman dosen sempat mencolek saya, 'Tuh seorang dosen harus berpenampilan seperti itu'. Saya jawab dengan dengan santainya, 'Iya jangan tiru aku bu, nih batik yang aku pakai belinya di M _ _ _ _ _ _ _ o' dan akhirnya kita tertawa cekikikan.. Saya benar-benar kagum pada beliau yang bukan hanya cantik, fashionable tetapi beliau 11 tahun mengajar sudah bisa menjadi Profesor !! Prof. Diah dengan gaya bicara nya yang kalem, anggun berkali-kali mengingatkan agar dosen tidak terlena sehingga tidak mengurusi kenaikan pangkatnya. 

Hari ke 2,3 (separuh sesi) diisi oleh pemateri prof. Agustinus Ngadiman. Bidang kepakaran beliau adalah bahasa Inggris, sehingga saat diminta membuat Peta kompetensi saya bisa dengan mudah mengkonsultasikannya dan alhamdulillah beliau langsung memberi paraf OK pada lembar konsultasi.



Prof Ngadiman sama dengan Prof Diah dengan gayanya yang kalem dan tenang telah mengingatkan saya bahwa seorang pendidik juga harus tenang menghadapi karakter siswa yang berbeda di dalam kelas. 

Hari ke 3,4 (separuh sesi) diisi oleh ibu Dr. Lise dari Univeristas Muhammadiyah Malang... Wah hal ini membuat kita melek tidak ngantuk dan jenuh karena beliau pandai sekali membangun suasana ceria... Beliau sudah sangat expert dalam hal mengajarkan cara menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Rencana Pembelajaran Semester, dan Perencanaan Penilaian. Beliau dapat mengkaitkan hal hal yang secara umum kita alami dengan bagaimana seorang dosen memberikan nilai pada mahasiswanya. Sungguh luar biasa, hal ini mengingatkan saya kembali pada hal hal sepele tentang mendidik dan mengajar mahasiswa.



Yang terkesan dari beliau, tidak lupa beliau menceritakan tentang keluarganya. Dan dengan bicaranya yang lugas beliau benar benar mencari menantu wanita dan beliau terlihat sangat bangga dengan keluarganya. Hal ini ditunjukkan berkali-kali beliau menyampaikan bahwa suaminya ganteng banget. Ini karena beliau bidang pakarnya strategi pembelajaran, jadi memilih pasangan hidup pun juga ada strateginya. Ah ibu, sepertinya saya bukan ahli dalam hal strategi yang satu ini :( Ini juga membuat kita penasaran ingin tahu suaminya... Hihihi dan di sesi akhir bersama beliau, beliau bilang, 'mesti wes pengin eruh fotone bojoku' :d dan saat ditunjukkan... Iya bu emang suaminya ganteng kok, ada yang bilang seperti gus Ipul, ah saya bilang suami ibu seperti aktor Frans Tumbuan itu loh suaminya Rima Melati :d



Di sesi akhir hari ke 4 dan 5, kami mendapatkan materi tentang Peer teaching, Micro Teaching dan kotrak perkuliahan dari Dr. Fat. Beliau adalah pakar dalam tekhnologi pembelajaran. Beliau tidak kalah dengan ibu Lise sangat pandai membawa suasana. Adakalanya kita terharu hingga meneteskan air mata saat diingatkan jasa orang tua kita tetapi kita juga dibuat tertawa dengan cara beliau memberikan materi. 

Di hari terakhir perwakilan dosen tiap program studi diminta untuk mengajar. Beliau paham sekali dengan karakter tiap dosen yang praktek mengajar. Di saat ada seorang teman yang di bully saat mengajar, dengan sigap beliau memuji dan menyampaikan bahwa dosen tersebut sangat bagus dalam presentasinya. Sungguh luar biasa, banyak hal yang terkadang kita lupa dalam menghadapi siswa, tapi dengan mengikuti PEKERTI ini saya benar benar diingatkan bagaimana menjadi seorang pendidik... 

Bagi teman-teman yang ingin mendapat contoh tugas PEKERTI dari saya, bisa email saya : maria_cholifah@unikama.ac.id
...

Selengkapnya >>