Minggu, 21 September 2014

ENCOURAGEMENT (Prof. Rheynald Kasali, Ph.D)

LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat. Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat,bagus sekali. Padahal dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa. Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya sangat sederhana. Saya memintanya memperbaiki kembali,sampai dia menyerah.Rupanya karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberi nilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri. Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat. “Maaf Bapak dari mana?” “Dari Indonesia,” jawab saya.Dia pun tersenyum.

 Budaya Menghukum 

 Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya. Itulah saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat. “Saya mengerti,” jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap simpatik itu. “Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anakanaknya dididik di sini,”lanjutnya. “Di negeri Anda, guru sangat sulit memberi nilai.Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang orang agar maju. Encouragement!” Dia pun melanjutkan argumentasinya. “Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbedabeda. Namun untuk anak sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat,” ujarnya menunjuk karangan berbahasa Inggris yang dibuat anak saya. Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat mengukur prestasi orang lain menurut ukuran kita.Saya teringat betapa mudahnya saya menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai “A”, dari program master hingga doktor. Sementara di Indonesia, saya harus menyelesaikan studi jungkir balik ditengarai ancaman drop out dan para penguji yang siap menerkam. Saat ujian program doktor saya pun dapat melewatinya dengan mudah. Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar siap. Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat. Seorang penguji bertanya dan penguji yang lain tidak ikut menekan, melainkan ikut membantu memberikan jalan begitu mereka tahu jawabannya. Mereka menunjukkan grafikgrafik yang saya buat dan menerangkan seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti. Ujian penuh puja-puji, menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan kekurangan penuh keterbukaan. Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong, malah ikut “menelan” mahasiswanya yang duduk di bangku ujian. Ketika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan, penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedap seakanakan kebaikan itu ada udang di balik batunya. Saya sempat mengalami frustrasi yang luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut hemat saya sangat tidak manusiawi. Mereka bukan melakukan encouragement, melainkan discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul. Orang yang tertekan ternyata belakangan saya temukan juga menguji dengan cara menekan. Ada semacam balas dendam dan kecurigaan. Saya ingat betul bagaimana guru-guru di Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah anak-anak di sana mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah Nobel. Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan karakternya sangat kuat: karakter yang membangun, bukan merusak. Kembali ke pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya. “Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di depan,” ujarnya dengan penuh kesungguhan. Saya juga teringat dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal. Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornya tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk bekerja lebih keras, seperti berikut. “Sarah telah memulainya dengan berat, dia mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yang berarti.” Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah memberi penilaian yang tidak objektif. Dia pernah protes saat menerima nilai E yang berarti excellent (sempurna), tetapi saya mengatakan “gurunya salah”. Kini saya melihatnya dengan kacamata yang berbeda. 

Melahirkan Kehebatan 

 Bisakah kita mencetak orang-orang hebat dengan cara menciptakan hambatan dan rasa takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur, dan penghapus yang dilontarkan dengan keras oleh guru, sundutan rokok, dan seterusnya. Kita dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas...; Kalau,...; Nanti,...; dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan rapor di sekolah. Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita menjadi lebih disiplin. Namun di lain pihak dia juga bisa mematikan inisiatif dan mengendurkan semangat. Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan otak manusia tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atau sebaliknya, dapat tumbuh. Semua itu sangat tergantung dari ancaman atau dukungan (dorongan) yang didapat dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian kecerdasan manusia dapat tumbuh, sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering saya katakan, ada orang pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh. Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah bodoh. Mari kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman atau ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan menghina atau memberi ancaman yang menakut-nakuti. ...

Selengkapnya >>

Selasa, 15 Juli 2014

SEMINAR DAN WORKSHOP KURIKULUM 2013

Waduh lama banget ya, saya tidak mem posting kegiatan saya di blog. Hal ini dikarenakan wifi dikampus yang sedikit aneh dimana tampilan blog saya tidak muncul link untuk sign in. Alhamdulillah sekarang sudah bisa berselancar dengan cepat di rumah (^__^). Inilah kegiatan seminar dan workshop kurikulum 2013 yang dilaksanakan pada 10 Juni 2014 oleh prodi pendidikan Bahasa Inggris. Pada acara seminar dan workshop ini prodi mengundang Prof. Yazid Basthomi, MA guru besar dari Universitas Negeri Malang sebagai pemateri.
Acara ini dihadiri oleh dekan FKIP, bapak FI Soekarman, M.Pd, seluruh dosen tetap, alumni, pengguna lulusan, dan mahasiswa.
Prof Yazid dengan merendah mengatakan bahwa beliau belum bisa dikatakan expert dalam menyusun kurikulum 2013, bahkan beliau bertanya pada peserta siapa yang sudah pernah mengikuti seminar dan workshop KKNI sebelumnya? Dengan tidak kalah merendah, seluruh stake holder tidak ada yang menjawab walaupun kami sudah berkali-kali mengikuti seminar dan workshop KKNI :)
Seluruh stake holder sangat antusias mengikuti seminar dan workshop.
Pemberian cenderamata oleh kaprodi
Saking antusiasnya, meskipun acara sudah selesai tetapi pembahasan KKNI masih tetap berlanjut.
Foto bersama bapak dan ibu dosen prodi Pendidikan Bahasa Inggris
...

Selengkapnya >>

Senin, 02 Juni 2014

ETIKA BER-SMS DENGAN DOSEN


halooo, mahasiswaku yang budiman, dan budiwoman :D apakah kalian pernah mengirim sms pada dosen dan tidak dibalas? sudah saatnya, anda saya beritahu, mengapa sms itu tidak dibalas. tapi sebelumnya, coba perhatikan beberapa petikan sms ini :

 tipe tanpa identitas :
“Bu, ibu ada di mana sekarang?
Hari ini ke kampus gak bu?”
 “Ibu ada di mana???? Ditunggu di kelas xxx sekarang”
 “Ibu posisi dimana? saya sudah di kampus dari tadi”
“bu Maria,, untuk materi kuliah xxx ada dimana ?”
apa dampaknya jika anda tidak memberitahu identitas anda? tengoklah percakapan dibawah ini:
mhs :”ibu, saya mau ketemu” 
dosen :”maaf, ini siapa ya?” 
mhs :”saya budi” 
dosen :”budi yang mana ya?” 
mhs :”saya budi mahasiswa ibu” 
dosen :”oooh…., budi winarno?” 
mhs :”bukan…, budi setiawan, mahasiswa prodi....” 
dosen :”baik mas budi, kapan mau ketemu?”
 mhs : “nanti siang bu” 
dosen : “baik mas, silakan datang, nanti siang saya sedang kosong” 
 bayangkan, berapa banyak waktu dan pulsa terbuang hanya untuk melayani sms seperti ini. jika anda hanya menuliskan maksud anda “ibu, saya mau ketemu”, dosen anda tentu bingung ini sms dari siapa? tukang kredit? petugas asuransi? sales buku? kolega bisnis? atau mahasiswa? 

 tipe memerintah : 
“Bu saya … dari kelas … Boleh minta slide kuliah gak bu? Kirimin via gmail aja ya bu, kita butuh buat belajar, makasih…”
“Bu. Nilai mata kuliah XXX saya belum keluar di siakad. Dosennya sudah di hubungi bu Maria belum ? dihubungi saya tidak respon buu..”
 “kalo misal nilainya keluar terus yang nginput bu Maria bisa tidak bu”
 “bu…., tolong dikoreksi ya bu, saya pengen cepat lulus” 
"bu, pean ada dimana ? saya mau ketemu" (khusus yang seperti ini justru saya gemas dan langsung saya ajak bertemu sesegera mungkin. nah, setelah bertemu langsung 'dikumbah bersih' :p. mungkin di daerahnya menggunakan kata 'pean' dianggap sopan. Tetapi di Malang terlebih ini ditujukan pada dosennya maka hal tersebut sangat tidak sopan :( jangankan kata 'pean' menggunakan kata 'anda' saja banyak dosen yang ngomel hihihi )

 dosen pada umumnya orang yang usianya lebih tua dari anda, jadi, jangan memerintahkannya untuk melakukan sesuatu seperti anda ngobrol dengan teman anda. anda bisa memintanya dengan gaya yang lebih sopan. misalkan : saya membutuhkan slide kuliah ibu untuk bahan belajar, dimana saya bisa mendapatkannya bu? 

tipe alay : 
“SoRe bu..ApA be5ok 4da kul!ah Ga’ ea?”
 “Oowh gitchu ya buk…., mu u cih bingits ya buk….”

 bagi mahasiswa, tulisan 4L4y mungkin lucu dan menarik, tapi bagi dosen, tentu butuh waktu khusus untuk mencerna tulisan anda.

 tipe sok penting 
“Bu, bimbingannya ndak jadi hari ini karena saya ada acara keluar. Besok saja jam 9. Trims” 
“Bu, ini saya masih ngeprint, tunggu yaa…” 
“Wah pagi saya nggak bisa e bu, Sore aja ya bu?” 

 bagi mahasiswa, jika waktu yang dijanjikan oleh dosen bertabrakan dengan acara lain, anda bisa membalasnya dengan pilihan bahasa lain, seperti : 

“maaf bu, untuk jam 2 saya masih ada di luar kota, bagaimana jika jam 4 sore?”

jika ada diantara kalian yang menggunakan bahasa sms tersebut diatas, dan kemungkinan besar tidak dibalas, maka akan saya kuak, mengapa bisa demikian. dosen yang tidak membalas sms anda, kemungkinan ada beberapa sebab : 
 1. waktu yang kurang tepat dosen pasti punya banyak waktu sibuk, diantaranya saat sedang mengajar, meeting ataupun sedang membimbing. jadi, pastikan anda tidak meng-sms di saat-saat jam sibuk. atau, bisa jadi anda terlalu pagi atau terlalu malam mengirim sms. 
 2. cara atau etika kita kurang baik. tipe-tipe sms diatas tentunya merupakan contoh sms yang kurang baik. jika anda mengirim sms dengan 4 tipe diatas, dan tidak dibalas, maka, bisa dipastikan dosen anda sedang “empet” sama anda. :D 
 3. HP mati, low batt atau pulsa habis meskipun anda sudah berbahasa sopan, dikirim pada saat yang tepat, tapi HP dosen lowbatt atau habis pulsa, maka sms anda tidak akan dibalas. tapi saya yakin, jika dosen anda baik, dan sms anda sudah baik, setelah terisi pulsa/energy, dia akan segera membalas sms anda. 

 mengapa? mengapa kita harus sopan? 

 sopan santun dan etika, seringkali tidak pernah tertulis di buku pegangan mata kuliah, dan kampus kita adalah salah satu perguruan tinggi yang mengedepankan karakter yang baik, bagi dosen maupun mahasiswanya. Kelak, anda akan punya atasan, punya mertua, kolega bisnis, dan sopan santun menjadi syarat mutlak berinteraksi. anda akan lebih banyak teman dan disukai orang tua. (ingat lagu peramah dan sopan ciptaan Pak Dal….:D )

 bagaimana sms yang baik?
 1. dimulai dengan sapaan : assalamu’alaikum wr wb atau assalamu’alaikum (jangan disingkat : ass, mekum, askum, karena hakikatnya salam adalah doa, jadi jangan disingkat. dulu, saya pun pernah menggunakan singkatan “ass” untuk menunjukkan salam, tapi kemudian saya ditegur teman saya, bahwa “ass” kemungkinan akan diartikan “pantat” oleh orang yang menerima pesan), atau selamat pagi, siang, sore….. 
 2. sebutkan identitas anda : dosen anda bukanlah phone book berjalan. dia tidak akan menyimpan semua nomor telepon mahasiswa di ponselnya. keterbatasan memory kemungkinan bisa jadi penyebabnya. jadi, sebaiknya anda sebutkan identitas anda. misalkan : saya irma suryani, kelas B….. 
 3. tuliskan keperluan anda dengan singkat dan jelas : jangan terlalu bertele-tele, singkat tapi tetap memperhatikan kesopanan. misalkan : hari ini saya ingin bimbingan skripsi, apakah ibu ada waktu? 
 4. ucapkan maaf untuk menunjukkan kerendahan hati anda 
 5. akhiri dengan ucapan terima kasih Misalkan begini : Selamat pagi bu, saya ika rahmawati, kelas B, maaf bu, saya mau menanyakan apakah besok ibu ada waktu untuk bimbingan skripsi? terima kasih

 SMS diatas panjangnya 143 karakter, sehingga menurut saya tidak terlalu kepanjangan, juga tidak terlalu pendek, tapi dosen mengetahui maksud anda. “SMS adalah pesan singkat, kira-kira panjangnya 160 karakter. SMS bukan telegram, juga bukan email, jadi, tuliskan semuanya dalam pesan singkat, tapi tetap menjaga kesopanan” demikian sekilas info tentang etika ber sms dengan dosen. mudah2an sukses terus kuliahnya…., tetap semangat! 

 Disadur dari : http://tenia.dosen.st3telkom.ac.id/2014/05/16/sms-mahasiswa-sudah-saatnya-anda-tahu/ ...

Selengkapnya >>

Jumat, 25 April 2014

BERPINDAH KE LAIN HATI... (BACA : INDAHNYA BERSELINGKUH)

Hmmm dari judulnya kok sadis banget ya :p anyway memang judulnya sangat menghebohkan tapi kisahnya tidaklah sesadis itu hihihi... Bermula dari mengikuti workshop fimo polymer clay. Salah satu peserta ada yang bertanya tentang bisnis saya, dengan santainya saya jawab kalu saya menjual kreasi flanel. Huhuhu saya tidak menyangka tiba-tiba dia menghina saya, "Kok flanel sih mbak, flanel itu harganya anjlok karena sekarang sudah pasaran, banyak yang berjualan kreasi flanel sekarang" Cukup nyesek juga sih dihina seperti itu :( langsung saja saya keluarkan kartu nama saya dan saya ceritakan bahwa ini hanya hobby bukan pekerjaan utama. Tapi rupanya si mbak yang satu ini tidak ngeh melihat kartu nama saya yang mana saya cantumkan gelar S2 saya. *Tambah nyesek. Nah, melihat karya Fimo polymer clay yang sangat beragam inilah akhirnya saya jadi tertarik juga untuk berkreasi clay. Memang harganya cukup tinggi dibandingkan clay bikinan sendiri, tapi dari segi waktu dan tenaga kita bisa sangat cepat membuatnya ditambah hasilnya yang tidak akan berjamur karena tahan air. Cukup lama saya bisa terampil membuat kreasi clay dan inilah hasil nya...
Inilah karya pertama saya.. piyuh belum bisa bikin rok yang berlipat-lipat jadilah saya bikin yang sederhana..
Sesi ke dua, saya mulai bikin yang lebih mungil dengan boneka pakai celana monyet... haduh saya kesulitan dalam melukis mata...
Sesi ke tiga saya membuat tokoh anak-anak dan pendant... ternyata saya menemukan passion saya bahwa saya lebih suka membuat princess ketimbang pendant bunga..
sesi ke empat ini saya buat aneka princess, yah meski belum bagus melukis mata tapi pede aja ya..
Akhirnya saya gabungkan antara pendant dengan boneka sebagai hiasan pendant. Ternyata boneka masih kelihatan sangat besar, ah bukankah tidak ada yang salah dalam berkreasi seni karena seni bersifat abstrak... :d
Tara... inilah hasil kreasi saya yang terakhir. Lihatlah, ada pendant yang seksi banget hihihi saya buat saat malam hari setelah lelah beraktifitas di kampus. Komentar suami, 'Pendant yang seksi itu menggambarkan perasaan kamu yang lahi h*r*y" OMG tahu aja suami... Nah, ternyata membuat kreasi dari clay ini sangat menyenangkan... Jadilah aktifitas ini mengalahkan berkreasi flanel. Selingkuh hobby ?? Boleh dong... :d
...

Selengkapnya >>

Sabtu, 22 Februari 2014

PELATIHAN PEMBUATAN PROGRAM KERJA LABORATORIUM BAHASA DAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TIK

Program studi pendidikan bahasa Inggris mengadakan kerjasama dengan tim MGMP Kabupaten Jombang dengan pelatihan pembuatan program kerja laboratorium dan media pembelajaran berbasis TIK selama 3 hari tanggal 21-23 Februari 2014. Dalam pelatihan ini diajarkan cara membuat media pembelajaran dengan menggunakan web blog, presentasi multimedia dengan powerpoint, media pembelajaran dengan menggunakan hot potatoes dan menyusun program kerja laboratorium bahasa.
Acara pelatihan dibuka oleh dekan FKIP, bapak Drs. F.I Sukarman, M.Pd
Sambutan ketua program studi sekaligus ketua panitia pelatihan
Hari pertama diajarkan cara membuat blog dengan pemateri yang sangat 'helpful' :)
Hari kedua diajarkan membuat presentasi multimedia dengan power point.
Hari ketiga diajarkan menyusun media pembelajaran dengan menggunakan hot potatoes dan menyusun program kerja laboratorium bahasa.
Foto bersama seluruh peserta
Para pemateri pelatihan
...

Selengkapnya >>

Sabtu, 15 Februari 2014

SPEECH CONTEST

Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris atau English Department Student Association mengadakan speech contest yang diikuti oleh siswa SMA, SMK dan MA se Malang raya pada tanggal 15 Februari 2014. Acara ini merupakan program kerja tahunan yang diadakan oleh EDSA. Sebanyak 33 orang peserta mengikuti lomba ini dengan sangat antusias.
Sambutan dari ketua panitia
Sambutan ketua program studi
Dibuka oleh modern dance
Bapak dan ibu dosen sebagai juri
Pemberian penghargaan kepada pemenang speeech contest didampingi oleh bapak dan ibu guru
...

Selengkapnya >>

Minggu, 02 Februari 2014

GUEST LECTURE WITH RICHARD JOHN WESLEY, M.A.

Dalam rangka meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam pemahaman lintas budaya (cross culture understanding)maka pada tanggal 12 Februari 2014 program studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Kanjuruhan Malang mengadakan kuliah tamu mengundang native speaker dari Kanada, Richard John Wesley, M.A
Sebelum acara dimulai disambut dengan tarian, ini merupakan ciri khas Universitas Kanjuruhan sebagai kampus multikultural.
Bapak dan ibu dosen yang hadir
MC yang selalu berbahasa Inggris
Sambutan dari ketua program studi sekaligus sebagai ketua panitia
Sambutan dari wakil dekan 2
Suasana kuliah tamu yang ceria...
Foto bersama sekretaris prodi dan pemateri
Suasana kuliah tamu sangat interaktif
Pemberian cendera mata
Foto bersama bapak dan ibu dosen
Wah ternyata Richard mengajarkan mahasiswa perform drama yang rencananya akan diunggah di youtube
Makan siang bersama setelah acara kuliah tamu...
...

Selengkapnya >>

Senin, 27 Januari 2014

SEMINAR NASIONAL 'TEACHING ENGLISH AS A FOREIGN LANGUAGE'

Dalam rangka meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal pendidikan dan pengajaran bahasa Inggris maka prgram studi Pendidikan Bahasa Inggris Unversitas Kanjuruhan Malang mengadakan seminar nasional dengan tema 'Teaching English as a Foreign Language' seminar kali ini mengundang Julius C. Martinez Ph.D pengajar dari Ateneo de Manila University, Quezon city Manila Filipina dan Dr. Mirjam Anugerahwati, M.A pengajar dari Universitas Negeri Malang. Acara seminar ini dihadiri oleh lebih dari 250 peserta dari para guru SMP dan SMA, dosen dan mahasiswa se malang raya. Tampak hadir bapak rektor, wakil rektor 4, dekan dan para dosen di lingkungan universitas Kanjuruhan Malang.
Sambutan dari saya selaku ketua panitia Seminar Nasional.
Sambutan dari bapak rektor
Peserta seminar sangat antusias mengikuti seminar...
Hiburan lagu dari mahasiswa
Sesi ke dua bersama pemateri Dr. Mirjam anugerahwati, MA
Sesi tanya jawab
Pemberian cendera mata
Foto bersama pemateri
Foto bersama pemateri dan bapak ibu dosen
Dimuat di Malang Post Senin, 27 Januari 2014
...

Selengkapnya >>