Seorang wanita, harus pertama, menjadi seorang kekasih.
"Mungkin karena mengikuti sebuah seminar yang salah, tidak sedikit wanita yang tidak lagi berupaya menjadikan dirinya obyek ketertarikan fisik dari pria-nya, segera setelah mereka menikah.
Entah siapa yang mengajarinya untuk menjadi wanita yang tidak lagi menggetarkan jantung pria-nya saat tenunan-tenunan benang itu meninggalkan kulitnya.
Atau menjadikannya wanita dengan suara tawa, teriakan, dan umpatan yang biasanya dilakukan oleh pria-pria tidak terdidik. Atau, menjadikan dirinya lebih perkasa daripada pria-nya, untuk menyiapkan dirinya bagi pertarungan yang harus dimenangkannya atas prianya, suatu ketika nanti.
Bila Anda ingin pria Anda mengendap-endap, meliuk-liuk, dan menggeram rendah dan dalam saat dia merangkak mendekati Anda, dengan sinar mata yang mengharuskan Anda untuk gemetar karena lebih mengharapkan daripada menolak; maka jadikanlah diri Anda seorang kekasih yang pertemuan dengannya membuat pria Anda bersedia meninggalkan apapun."
.......
Seorang wanita, harus ke-dua, menjadi seorang sahabat.
"Sebuah kebersamaan yang tidak dibangun atas sebuah persahabatan, akan menjadi sebuah istana pasir yang menunggu air pasang naik. Dua sahabat, disebut sahabat, karena mereka menikmati kebersamaan dengan satu sama lain.
Mereka menikmati yang mereka lakukan bersama. Mereka tidak harus menyenangi hal-hal yang sama, tetapi mereka selalu menemukan cara-cara yang menyenangkan dalam menikmati waktu mereka.
Mereka menjadi penguat bagi satu sama lain; tidak menilai buruk satu sama lain, melihat kebaikan dari satu sama lain, mengupayakan kebaikan bagi satu sama lain.
Seperti unsur kimia yang bereaksi dan berubah karena dicampurkan - Anda dan pria Anda harus berubah menjadi pribadi-pribadi baru, yang kebersamaannya justru memperkuat kebersamaan Anda.
Bukan tidak cukup-nya kasih sayang, yang membuat sebuah kebersamaan itu tidak membahagiakan - tetapi tidak cukup-nya persahabatan."
.......
Seorang wanita, harus ke-tiga, menjadi seorang ibu.
"Ada wanita yang berhasil membangun karir yang cemerlang, lalu menolak menjadi seorang ibu, karena menurutnya menjadi seorang ibu itu, merendahkan martabatnya sebagai seorang wanita.
Dia sangat betul, karena dia adalah wanita yang dilahirkan dari rahim seorang pria.
Tidak ada pria atau wanita yang super mulia dan super cemerlang dalam sejarah kemanusiaan, yang tidak dilahirkan oleh seorang ibu.
Bila bayi kecil, lucu, harum, dan ceria itu kemudian menjadi seorang profesional atau pebisnis yang cemerlang dan mulia pribadinya; maka langit pun tidak bisa menjadi atap dari tingginya pujian yang terharuskan bagi seorang ibu.
Seorang pria yang mengerti hal ini, akan menghormati wanita-nya sebagai keteladanan bagi anak-anaknya dalam menghormati ibu mereka, wanita kecintaan-nya.
Ciumlah punggung tangan wanita Anda, dan katakanlah dengan penuh kasih.
You’re once, twice, three times a lady.
And, I love you."
............
Cara terdekat untuk memperbaiki rizki adalah meningkatkan kualitas kasih sayang di keluarga kita.
“Katakanlah kepada wanita Anda:
Seorang wanita adalah sebuah kesatuan yang indah dari tiga peran penting dalam kebersamaan dengan pria-nya.
Yang pertama, dia sebagai kekasih.
Yang kedua, dia sebagai sahabat.
Yang ketiga, dia sebagai ibu.
Ketertarikan yang menggila pada saat-saat pertama cinta ditemukan, memang mudah untuk membuat dua pribadi yang sangat berbeda untuk menjadi satu dan memutuskan untuk bersama-sama sepanjang hidup. Hanya saja, panjangnya hidup yang dilihat oleh mata yang sedang terkaburkan oleh cinta, bisa jadi sangat pendek.
Itu sebabnya cinta saja tidak cukup. Cinta harus menjadi landasan dari sebuah kebersamaan, yang tidak mungkin menjadi keseluruhan strukturnya.
Ada banyak hal yang harus dibangun dengan logika yang jernih untuk menjadikan sesuatu yang dimulai dengan emosional ini – sebuah kebersamaan yang membahagiakan.”
dikutip dari http://marioteguh.blogspot.com/
...
Senin, 29 Juni 2009
THREE TIMES A LADY
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar