Sabtu, 18 Desember 2010

Dan Seorang Kolonel itu Telah Menjadi Guru Ikhlas Ku….



Guru Ikhlas ada di mana-mana..

Siang itu, (Sabtu, 18 Desember 2010) saya tergesa gesa setelah menghadiri acara wisuda. Sengaja saya tidak memanfaatkan waktu ramah tamah bersama teman teman dosen karena saya sudah berencana untuk pergi perawatan ke dokter kulit. Kalau dipikir sebenarnya obatnya belum habis, tetapi saya sudah tdk ada waktu lagi untuk pergi ke dokter, sehingga saya putuskan pergi ke dokter terlebih dahulu untuk mendapatkan resep, toh resepnya bisa ditebus jika obat sebelumnya sudah habis.

Setelah saya sampai di tempat praktek dokter, ternyata masih ada 4 pasien lagi yang menunggu (yaelah… nyesel dah ngga ikut makan siang dulu… hihihi…). Saya tahu SAP (kalau dosen SAP = Satuan Acara Perkuliahan, tapi yang ini Satuan Acara Pengobatan kale…) setiap pasien sekitar 30 menit. Jadilah saya harus menunggu selama 2 jam… untung ada buku The Science and Miracle of Zona Ikhlas yang selalu menemani…


Pukul 13.45 tibalah giliran saya, setelah dipersilahkan duduk tiba tiba HP pak dokter berbunyi. Saya mendengar pak dokter telah ditelpon istrinya karena ada sesuatu hal sehingga harus segera pulang. Saya melihat pak dokter tidak merasa tergesa-gesa ketika saya ajak berkonsultasi, beliau mengobati saya dengan telaten, bahkan beliau masih sempat menanyakan kabar pekerjaan saya. Dan terakhir beliau masih sempat mendoakan saya, “I hope next year you are going to get promotion of your life and career” . Akhirnya pukul 14.15 saya meninggalkan ruangan.

Subhanallah, hari itu saya telah diingatkan oleh makna ikhlas !

1.Pak dokter yang seharusnya segera pulang tapi tetap TENANG melayani pasiennya.
2.Pak dokter masih tetap FOKUS mengobati saya sampai benar benar selesai.
3.Pak dokter dengan SABAR mendengarkan keluhan saya walaupun saya paham, beliau telah lelah seharian mengobati para pasiennya.

Saat itu saya merenung dan merasa malu terhadap diri saya sendiri yang mulai mengalami degradasi idealisme..

Di usianya yang sudah 74 thn, pak dokter tidak kehilangan rasa idealismenya. Beliau tetap melayani pasiennya sejak 13 thn lalu pertama saya mengenal beliau dengan kualitas yang sama.

Saya paham akan harapan pak dokter agar saya mendapat ‘promotion’ (kemajuan) dalam hal keIKHLASan di tahun mendatang. Keikhlasan dalam memaknai kehidupan, apapun nikmat dan cobaan yang diberikan Tuhan harus diterima dengan sikap TENANG, FOKUS dan SABAR.

Beliau adalah dr. Urip Sudirman, Sp.KK (Kol Purn)

Terimakasih pak dokter, semoga kami generasi penerus bangsa bisa mencontoh ke ikhlasan anda.

...

2 komentar:

Yayuk Widyastuti Herawati mengatakan...

good story to be a good model of our life ya...

Yesterday, I did not attend the graduation because I thought I could not go anywhere before finishing my S3 tasks...and preparing Pak Ali's test. I could not feel at ease to go....
That's because I cannot feel IKHLASH...

maria cholifah mengatakan...

u r right bu, I wish this inspiring story could inspire everybody who visits my blog and all my friends on facebook..