Minggu, 30 Maret 2008

PENELITIAN EKSPERIMEN (2)

PENELITIAN EKSPERIMEN
DI BIDANG PENDIDIKAN

BAGIAN II


E. PELAKSANAAN EKSPERIMEN
Sesudah mempersiapkan desain/rancangan eksperimen serta berusaha
mengantisipasi berbagai kesesatan yang mungkin dapat mengganggu
pelaksanaan dan hasil eksperimen, maka apa yang harus dilakukan agar
eksperimen terssebut dapat berjalan dengan baik? Namun, sebelum ke
pelaksanaannya perlu dikaji ulang, apakah materi yang akan diajarkan
sudah disiapkan dengan baik? Apakah kedua kelompok eksperimen
sudah dipersiapkan sesuai prosedur penelitian eksperimen? Dan, guru
yang akan melaksanakan sudah dipersiapkan secara memadai dan
memiliki kualitas yang seimbang? Kalau semuanya sudah dikaji barulah
kita memperhatikan langkah berikut ini:
1. Selama 4 bulan (kalau ini rencana eksperimennya) kelompok A
sebagai kelompok eksperimen diberikan materi yang sama dengan
kelompok kontrol. Sedangkan metode pembelajaran yang digunakan
berbeda. Kelompok A dengan metode pemecahan soal, sedangkan
kelompok B dengan metode pemahaman konsep (umpama ini yang
direncanakan).
2. Selama pelaksanaan eksperimen diupayakan semaksimal mungkin
agar kesesatan tidak timbul terutama kesesatan yang tidak konstan,
baik siswa maupun guru pelaksana, agar tidak mengganggu hasil
eksperimen.
3. Selama eksperimen perlu diamati semua perubahan yang terjadi
berdasarkan pedoman observasi yang telah dipersiapkan, misalnya
aspek perhatian siswa, keberanian siswa berpendapat, kondisi
kelas, kedisiplinan siswa dan lain-lain.
4. Sesudah waktu eksperimen selesai (sesudah 4 bulan), diadakan tes
akhir eksperimen. Jenis tes, materi tes serta waktu pelaksanaan tes
yang diberikan pada kelompok eksperimen dan kontrol harus
sama.
5. Sesudah data dikoreksi dan dianggap lengkap, ditabulasi dan
diskripsikan sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang sudah
disusun dari kedua kelompok tersebut dianalisis dengan statistik uji
t. Kalau kesimpulan menunjukkan adanya perbedaan yangsignifikan, maka perlu dilihat mana Meannya yang lebih besar itulah
yang lebih efektif/baik. Kalau Mean pada kelompok eksperimen lebih
baik, maka dapat disimpulkan bahwa metode pemecahan soal lebih
efektif dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika yang
berarti hipotesis kerjanya diterima.
Bagaimana kalau hasil eksperimen ternyata menolak hipotesis kerja?
Apakah penelitian itu kemudian tidak berarti dan tidak dapat diajukan
untuk mendapatkan kredit pengembangan profesi? Kalau diajukan
apakah tidak dapat dinilai sehingga hasil penelitian itu tidak bermanfaat?
Kita tidak bisa langsung menjawab ya atau tidak. Perlu dikaji secara
hati-hati dengan menggunakan dasar berpikir ilmiah/logika. Coba marilah
kita diperhatikan beberapa asumsi berikut untuk direnungkan:
1) Dasar penyusunan hipotesis apakah sudah menggunakan dasar teori
serta temuan ilmiah yang relevan? Jawabannya sudah, kalau
sudah kita ke alur berikutnya.
2) Bilamana riset itu merupakan penelitian eksperimen, apakah
persiapan eksperimen sudah dilakukan secara ilmiah menurut
dasar-dasar penelitian eksperimen? Jawabannya sudah; baik yang
menyangkut penetapan kedua kelompok kontrol dan eksperimen),
maupun penetapan pelaksana eksperimen. Kalau sudah, marilah ke
pertanyaan berikutnya.
3) Kalau demikian, apakah kondisi-kondisi pada kedua kelompok
eksperimen tersebut sudah diperhatikan dengan baik dan
seimbang? Jawabannya sudah, waktu masuk sekolah, lingkungan
kelas, peralatan/ alat peraga serta bahan ajar yang akan diberikan
dan komponen lain yang terkait. Kalau demikian perlu kita lanjut ke
pertanyaan selanjutnya.
4) Penyebabnya ada kemungkinan peneliti kurang memperhatikan
adanya kesesatan tidak konstan yang ditimbulkan dari berbagai
aspek, misalnya adanya siswa yang sering mengganggu salah satu
kelompok eksperimen, atau adanya tindakan guru pelaksana
eksperimen/kontrol yang kurang serius dalam bertugas, atau di
suatu kelas terhimpun siswa yang memiliki dasar kuat yang
berkaitan dengan materi pelajaran yang dieksperimenkan. Misalnya
pelajaran matematika, di suatu kelas terhimpun siswa yang IQnya
bagus-bagus dan tidak demikian pada kelas yang lain. Kalau hal ini
jawabannya tidak dan masalah itu sudah diperhatikan serta sudah
dilaksanakan guru pelaku eksperimen/peneliti, maka peneliti perlu
mengajukan pertanyaan berikutnya.
5) Kemungkinan peneliti waktu menyusun alat evaluasi belajar hasil
eksperimen tidak memperhatikan tingkat validitas dan reliabilitasnya.
Artinya ketepatan dan ketelitian alat evaluasinya tidak terpenuhi,
atau tingkat keterandalannya belum diperhatikan, belum mencakup
seluruh materi pelajaran. Atau, waktu pelaksanaan evaluasi/tes akhir
tidak dilakukan bersamaan, sehingga siswa pada salah satu kelas
mendapatkan bocoran dari kelas lain. Kalau jawabannya juga
tidak, maka lanjutkan ke pertanyaan yang ke-6.
6) Jika demikian ada kemungkinan cara analisis datanya tidak tepat,
tidak mengikuti teknik analisis statistik eksperimen sesuai dengan
pola yang digunakan. Mulai koreksi hasil post test/evaluasi akhir,
tabulasi sampai penggunaan pada analisis dengan teknik
statistiknya harus benar, kesalahan tanda koma saja dapat
mengakibatkan dari ada perbedaan menjadi tidak ada atau
sebaliknya. Bilamana hal ini juga sudah dilakasanakan denganstatistik dan prosedur analisis yang tepat dan hati-hati oleh
peneliti. maka tinggal kemungkinan/ alternative atau asumsi
terakhir.
7) Kalau keenam hal di atas sudah dilaksanakan dengan baik, hati-hati
dan juga tidak melakukan penyimpangan, maka kemungkinan
terakhir yaitu adanya kesesatan konstan yang tidak mungkin
peneliti mampu untuk mengatasi/ menghilangkan, tetapi peneliti juga
tidak mencoba mengurangi kesesatan ini Kondisi itu misalnya, pada
salah satu kelompok sebagian besar siswa pada sore hari mengikuti
les tambahan, banyak dibimbing saudara/orang tuanya pada malam
hari, budaya disiplin belajar telah tertanam pada sebagian siswa,
alat/media belajar lengkap atau sebaliknya pada kelompok lain
banyak anak yang malas belajar dan faktor lain yang dapat
berpengaruh terhadap hasil belajar.
Untuk itu, bilamana hasil penelitiannya menolak hipotesis dan peneliti
mampu memberi alasan/bahasan yang logis dan argumentasi yang
jelas, dan kuat maka hasil penelitian tersebut tetap dapat diajukan dan
bahkan mungkin mempunyai nilai/kredit atau dapat diusulkan/diajukan
untuk kenaikan jabatan/ pangkat pengembangan profesi. Justru kalau
hasil penelitian menolak, hipotesisnya dibangun dengan mempunyai
dasar kuat dan data lapangan yang dihasilkan secara faktual memang
mendukung adanya, maka akan dapat menumbuhkan pemikiran baru,
konsep baru yang dapat mengarah ke pembentukan teori baru kalau
penelitian lanjutan untuk memperkuat hasil penelitian tersebut dilakukan.
Akibatnya, diperolehnya konsep baru, preposisi baru akan dapat
mengembangkan teori baru dan meninggalkan teori lama. Memang
jarang dijumpai adanya peneliti yang demikian atau peneliti tidak berani
menyampaikan hasil penelitiannya bilamana hasil analisis tidak
menerima hipotesis kerjanya, karena peneliti belum mampu memberikan
alasan yang mendasar atas ditolaknya hipotesis tersebut.
Sesudah memahami bagaimana mempersiapkan/menyusun rancangan
eksperimen, melaksanakan serta faktor apa yang harus dikendalikan
agar tidak mengganggu hasil eksperimen, perlu mempelajari beberapa
jenis eksperimen mana yang paling sesuai bagi guru yang akan
mencoba metode pembelajaran dalam upaya memperbaiki hasil belajar
siswa. Dipersilahkan membaca bagian selanjutnya.
F. DESAIN EKSPERIMEN
Apakah desain eksperimen itu? Desain eksperimen adalah suatu
rancangan percobaan dengan setiap langkah tindakan yang
terdefinisikan, sehingga informasi yang berhubungan dengan atau
diperlukan untuk persoalan yang akan diteliti dapat dikumpulkan secara
faktual. Dengan kata lain, desain sebuah eksperimen merupakan
langka-langkah lengkap yang perlu diambil jauh sebelum eksperimen
dilakukan agar data yang semestinya diperlukan dapat diperoleh
sehingga akan membawa ke analisis obyektif dan kesimpulan yang
berlaku dan tepat menjawab persoalan yang dibahas.
Untuk meneliti pengaruh metode pemecahan soal terhadap prestasi
belajar matematika, misalnya, maka perlu dipersiapkan
rancangan/proposal penelitian. Untuk itu, perlu jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Persoalan apa yang menjadi pusat perhatian peneliti sehinggaharus melakukan penelitian dengan penelitian eksperimen?
b. Bagaimana mempersiapkan kelompok eksperimen dan kontrol?
c. Karakteristik metode pembelajaran yang akan dibandingkan?
d. Variabel tergantung (dependent) apa yang menjadi pusat perhatian
peneliti dan apa instrumen pengukurnya?
e. Apa teori dasar yang harus dipersiapkan?
f. Berapa lama eksperimen akan dilakukan?
g. Metode analisis apa yang tepat digunakan?
h. Bagaimana mengurangi kesesatan pada kedua kelompok?
Pertanyaan di atas memberi gambaran bahwa suatu desain untuk
mengerjakan suatu eksperimen perlu dipikirkan selengkap dan serinci
mungkin.agar dapat dipakai pegangan dalam pelaksanaannya.
Dalam penelitian eksperimen kita tidak terkonsentrasi pada satu jenis
desain/ pola eksperimen saja, ada tiga desain yang disajikan, guru dapat
memilih alternatif mana yang paling tepat untuk mencoba suatu tindakan
tertentu bilamana kondisi siawa/kelas/sekolah mengalami masalah.
Setiap pola/desain eksperimen mempunyai kelemahan dan kebaikannya,
namun peneliti harus mampu memilih desain eksperimen yang dapat
dilaksanakan dan paling minim mengandung resiko kelemahan.
Sebenarnya lebih dari 8 (delapan)desain eksperimen yang dapat kita
pelajari, namun berikut ini hanya disampaikan beberapa desain
eksperimen yang sering digunakan guru dalam memperbaiki hasil belajar
siswa, yaitu:
1) Treatments by Levels Designs,
2) Treatment by Groups Designs, dan
3) Matched Subjects Designs
Untuk mendapatkan gambaran yang agak jelas berikut ini diuraikan
secara singkat ketiga desain eksperimen tersebut.
1. Treatment by Levels Designs.
Desain ini memberikan dasar-dasar pengamatan stratifikasi yang
lebih baik. Kita sadari bahwa pada setiap kelompok/kelas selalu
dijumpai adanya siswa yang masuk kelompok tinggi dan rendah, ada
anak-anak yang pandai dan kurang pandai, maka melalui desain ini
stratifikasi itu perlu mendapat perhatian dalam menentukan
kelompok kontrol dan eksperimen. Kondisi semacam ini dalam
pelaksanaan suatu eksperimen perlu diperhatikan agar tidak banyak
mengganggu hasil akhir eksperimen.
Untuk itu, dalam persiapan eksperimen, peneliti harus menentukan
dua kelompok yang di dalamnya terdistribusi siswa yang
berkemampuan yang seimbang. Walupun demikian bukan berarti
bahwa desain ini sudah terbebas dari kesesatan, masih juga dapat
terjadi bilamana tidak memperhatikan pelaksana/guru pelaku
tindakan baik di kelompok eksperimen atau di kelompok kontrol.
Pengulangan juga terjadi kalau tidak diperhatikan kemungkinan
pengulangan metode pada kedua kelompok itu. Disamping itu, juga
perlu diperhatikan variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap
hasil eksperimen, maka persiapan perlu dilakukan
sebaik-baiknya.
1. Matched Group Designs
Desain eksperimen ini merupakan desain yang paling banyak
digunakan para guru dalam menguji keampuhan suatu metode
pembelajaran dibandingkan metode lain. Data untuk persiapan
dengan desain eksperimen ini dapat diperoleh dari dokumen ataumemberikan pretest kepada siswa yang akan dijadikan subyek
penelitian. Persoalan pokok yang perlu dipikirkan lebih awal pada
grup matching adalah faktor-faktor yang harus diseimbangkan agar
grup-grup yang mengikuti eksperimen dapat berjalan pada kondisi
eksperimental tanpa dipengaruhi faktor ekstrane. Prinsipnya semua
faktor yang dipandang dapat memengaruhi/mengotori pengaruh
tindakan/treatment harus di-matched/jodohkan sebelum tindakan
atau eksperimen dilakukan. Misalnya prestasi belajar, dan inteligensi
dipandang akan berpengaruh pada hasil eksperimen, maka kedua
faktor itu harus di-matched.
Cara melakukan matching dapat melakukan dengan menguji
perbedaan grup-grup yang dicoba akan menjadi kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dengan analisis t-test. Bilamana
ada perbedaan antara kedua kelompok itu eksperimen tidak dapat
diteruskan, berarti kedua kelompok itu harus menujukkan adanya
kesamaan.
2. Matched Subjects Designs
Desain ini berlandaskan pada adanya matched subjects pada dua
kelompok yang dipersiapkan untuk eksperimen. Pada matched
groups, yang dipakai dasar adalah menjodohkan kedua kelompok itu
dengan perhitungan seluruh subyek yang ada pada tiap kelompok,
sedang matched subjects yang dijodohkan tiap-tiap subyek
pada kelompok yang satu dengan subyek pada kelompok yang lain.
Pada matched subjects dapat dijodohkan dengan system: a)
nominal pairing, b) ordinal piring, atau c) combined pairing. Nominal
pairing yang dipasang-pasangkan umpama jenis kelamin, jenis
pekerjaan orang tua, sedang orninal pairing yang
dipasang-pasangkan adalah intelegensi, prestasi belajar, atau
tingkat pendidikan, Pada pelaksanaannya sangat tergantung pada
pelaku eksperimen, sistem apa yang akan dipakai.
Desain ini mempunyai kepekaan (sensitivitas) yang lebih tinggi
dibandingkan dengan desain lainnya dalam mendeteksi perbedaan
pengaruh tindakan/treatment, apalagi kalau mampu memperhatikan
faktor-faktor lain yang dapat mencemari hasil eksperimen.
G. LAPORAN PENELITIAN
Kegiatan paling akhir dan sering tertunda-tunda serta menjemukan adalah
menyusun laporan hasil penelitian. Agar tidak tertunda dan tetap segar
untuk menyusun laporan dapat dimulai sejak peneliti melaksanakan
kegiatan eksperimennya. Apa yang harus ditulis awal, penelitiannya saja
baru mulai? Kalau kita memperhatikan materi yang akan ditulis pada
laporan hasil penelitian itu, harus ingat pada rancangan/proposal
penelitian yang sudah disusun awal. Rancangan penelitian yang sudah
lengkap dan terstruktur secara sistematis, akan memberikan bahan
dasar laporan yang sangat berharga dan mengurangi beban waktu
penyusunan laporan. Tiga bab dari lima bab pada laporan sudah ada di
rancangan/proposal penelitian, walaupun masih perlu dipertajam,
disempurnakan dan dilengkapi sesuai dengan apa yang akan
dilaksaknakan peneliti. Maka sambil melaksanakan eksperimen
guru/peneliti dapat mengawali menyusun laporan pada bab
pendahuluan, kajian teori dan pustaka, serta bab metode penelitiannya.
Bab atau bagian baru dan lebih membutuhkan pemikiran dan belum adadi proposal adalah bab IV yang menyajikan hasil penelitian dan
pembahasan. Bab ini baru dapat ditulis kalau kegiatan pengumpulan
data, kegiatan eksperimennya sudah selesai. Semua data dari proses
sampai hasil akhir eksperimen harus disajikan pada bagian ini. Cara
menyajikan dapat dalam bentuk tabel, grafik, skema atau bagan, dan
bertujuan untuk mempermudah pembaca memahmi makna yang
disampaikan peneliti. Hasil analisis data didasarkan pada hasil yang
diperoleh dari tes materi pelajaran serta angket pada ahkir
pelajaran/eksperimen.
Untuk menyusun laporan penelitian, guru diharapkan memahami
sistematika penulisan yang sudah ditetapkan, seperti yang terlampir
pada bagian akhir dari hand-out ini. Pada prinsipnya sistematika
pembhasan mengandung tiga bagian pokok yaitu, bagian awal, bagian
inti dan bagian pendukung. Agar karya ilmiah jenis penelitian ini
memenuhi syarat untuk dinilai angka kreditnya, diwajibkan ada
pengesahan dari kepala sekolah dan perpustakaan sekolah dari guru
pengusul.
H. PENUTUP
Penelitian eksperimen merupakan jenis penelitian yang dapat
dilaksanakan oleh guru disamping penelitian tindakan kelas. Kalau
dilakukan dengan hati-hati dan cermat besar kemungkinan akan
mendapatkan kepuasan tersendiri, baik dalam bidang akademik maupun
ilmu pengetahuan yang diperoleh. Guru sering sekali memperoleh ilmu
baru, mendapat metode baru yang dapat dicobakan untuk mendapatkan
gambaran secara jelas perbedaan yang diakibatkan, terlebih kalau
mampu mengendalikan variabel pengganggu pelaksanaan eksperimen.
Untuk itu mempelajari berbagai jenis penelitian sangat penting dalam
mengantarkan guru dalam meningkatkan/ mengembangkan profesinya
secara nyata dalam menghayati berbagai masalah yang dihadapi
kesehariannya di kelas. Dengan penguasaan penelitian eksperimen akan
dapat melengkapi tugas guru dalam upaya mengantarkan para siswanya
untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik. Selamat mencoba untuk
melakukan penelitian eksperimen yang sesuai dengan disiplin ilmu yang
sedang ditekuni dan kembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Linquit EP, 1986, Design and Analysis of Experiments in Psychologi and
Educa-Tion, Boston: Houghton Mifflin Company
Federer, WT, 1974, Experiment Design,: Theory and Applications, Oford &
LBH Publishing Co., New Delhi
Kempthorne, O., 1984, The Design andAnalysis of Experiments, Wiley Eastern
Private Ltd. New Delhi
Montgomery, D C., 1976., Design and Analysis of Experiment, John Wiley &
Sons, New York
Sudjana, 1994, Desain dan Analisis Eksperimen, Penerbit Tarsito Bandung.
Sukardi, 2004, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta
Sutrisno Hadi, 2004, Metodologi Research,: untuk menulis laporan, skripsi
thesis dan disertasi, Penerbit Andi Yogyakarta
Oleh : Prof. Supardi
...

1 komentar:

cute_itu saya mengatakan...

bagussss cerita2 di blok nyaaa...^p^